Selasa, 25 Juni 2013

PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF PADA MASA EARLY CHILDHOOD



Oleh:
KELOMPOK 8
RIYAN KURNIA (121301060)
KHADHRA ULFAH (121301062)
MELVA NAPITUPULU (121301064)
CLAUDIA GENEROSA (121301068)






UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS PSIKOLOGI
TAHUN AJARAN 2013/2014
MEDAN 2013




KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kami keberkahan dan kemudahan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami ini yang berjudul “Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Early Childhood”
Adapun makalah ini kami buat guna untuk memenuhi nilai tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Perkembangan I di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Pada makalah ini berisi tentang perkembangan-perkembangan fisik dan kognitif yang dibatasi hanya terjadi pada masa early childhood atau masa kanak-kanak awal. Aspek perkembangan fisik yang terjadi pada masa early childhood juga meliputi perubahan dan pertumbuhan pada tubuh anak, nutrisi pada anak yang meliputi pencegahan obesitas atau kegemukan, malnutrisi, kesehatan  oral, pola dan masalah pada tidur, dan kemampuan motorik, serta kesehatan dan keamanan  pada anak. Sedangkan perkembangan kognitifnya mengacu pada beberapa pendekatan terutama pendekatan Piaget yaitu pada tahapan  pra operasional dan pendekatan proses masuknya informasi pada anak yang meliputi perkembangan ingatan, intelegensi mengacu pada pendekatan psikometri dan Vygotsky, perkembangan bahasa, dan perkembangan pendidikan pada masa early childhood atau masa kanak-kanak awal.
Kami, para penyusun makalah, menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan pada makalah ini baik dalam penyusunan pada makalah maupun materi yang kami berikan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah psikologi perkembangan I sehingga kami dapat melakukan perbaikan agar lebih baik lagi untuk makalah selanjutnya.  Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

                                                                   Medan, 25 Februari 2013

       Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I         PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
B.   Rumusan Masalah
C.   Tujuan
D.   Manfaat
BAB II        LANDASAN TEORITIS
BAB III       PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF PADA MASA
 EARLY CHILDHOOD
A.   PERKEMBANGAN FISIK MASA EARLY CHILDHOOD
1.     Aspek Perkembangan Fisik
a.     Perubahan dan Pertumbuhan Tubuh
b.     Nutrisi dalam Pencegahan Obesitas atau Kegemukan
c.      Malnutrisi
d.     Kesehatan Mulut
e.      Pola dan Masalah Tidur
f.       Kemampuan motorik

2.     Kesehatan dan Keselamatan
a.     Cedera Akibat Kecelakaan dan Kematian
b.     Kesehatan dalam Konteks Pengaruh Lingkungan

B.   PERKEMBANGAN KOGNITIF
1.     Pendekatan Piaget: Tahap Praoperasional
a.     Tahap Prakonseptual
b.     Tahap Intuitif
c.      Kemajuan-Kemajuan Kognitif Masa Praoperasional

2.     Pendekatan Pemorsesan Informasi :
Perkembangan Ingatan (Memori)
a.     Proses Dasar dan Kapasitas Ingatan
b.     Pengenalan dan Mengingat Kembali
c.      Pembentukan Ingatan pada Anak-anak
d.     Interaksi Sosial, Budaya, dan Ingatan
3.     Kecerdasan Intelegensi: Psikometrik dan Pendekatan Vygotsky
a.     Pengukuran Psikometrik Tradisional
b.     Pengaruh pada Pengukuran Kecerdasan
c.      Pengujian dan Pengajaran Berdasarkan Teori Vygotsky

4.     Perkembangan Bahasa
a.     Kosakata
b.     Tata Bahasa dan Sintaksis
c.      Pragmatis dan Pidato Sosial
d.     Interaksi Sosial dan Persiapan untuk Kemampuan Membaca

5.     Pendidikan pada Masa Kanak-Kanak Awal
a.     Tujuan dan Tipe dari Kelompok Bermain: Pandangan Lintas Budaya
b.     Program Pengimbangan Prasekolah
c.      Peralihan ke TK
BAB IV      PENUTUP
1.     Kesimpulan
2.     Saran
DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Perkembangan manusia adalah pola kelanjutan dan perubahan yang terjadi pada setiap manusia yang tidak dapat diulang selama perjalanan hidupnya. Perkembangan ini dapat berupa perkembangan manusia secara fisik, kognitif atau berpikir, dan perkembangan sosial-emosional. Perkembangan manusia adalah kunci terpenting dalam memahami manusianya. Karena pada setiap tahap perkembangannya, manusia meiliki batasan-batasan sebelum dia mencapai kesempurnaan baik secara fisik, kognitif, dan hubungan sosialnya. Misalnya saja, pertanyaan atau pernyataan yang biasa dapat menjadi sulit dimengerti bagi anak yang berumur 2 tahun yang dikarenakan kognitif pada anak tersebut belum mencapai pada suatu tahap tertentu. Maka dari itu, perkembangan manusia ini dapat dipelajari untuk dapat memahami masalah si manusianya. Dan perkembangan manusia terutama pada tahap masa kanak-kanak awal seharusnya sudah menjadi perhatian penting bagi orang tua dalam mendidik anak. Karena pada masa kanan-kanak awal inilah dimulai pembentukan karakter bagi anak.   
Pada makalah ini, pembahasan akan terfokus pada perkembangan fisik dan kognitif pada anak di masa early childhood atau masa kanak-kanak awal. Perkembangan fisik lebih mudah dikenali daripada perubahan kognitif. Hal demikian terjadi dikarenakan perkembangan fisik dapat langsung dilihat dan diobservasi dengan adanya perubahan-perubahan fisik pada si manusianya, seperti pertambahan tinggi badan, berat badan, dll. Sedangkan pada perkembangan kognitifnya, tidak dapat diobsevasi secara langsung jika tidak memahami teorinya terlebih dahulu. Padahal kognitif pada masa kanak-kanak awal akan mengalami peningkatan perubahan yang besar daripada pada masa sebelumnya.
Maka dari itu, makalah ini akan menjelaskan secara lebih lanjut tentang perkembangan fisik dan kognitif pada masa kanak-kanak awal.

B.   Rumusan Masalah

1.     Bagaimana perubahan fisik pada anak-anak di masa kanak-kanak awal?
2.     Nutrisi yang bagaimanakah yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal?
3.     Bagaimanakah pola tidur anak di masa kanak-kanak awal?
4.     Masalah tidur apa yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak awal?
5.     Kemampuan motorik apa yang terjadi pada masa kanak-kanak awal?
6.     Bagaimanakah perkembangan kognitif anak pada masa kanak-kanak awal dan batasan-batasannya?
7.     Bagaimanakah proses perkembangan ingatan pada anak di masa kanak-kanak awal?
8.     Bagaimana cara pengukuran kecerdasan pada masa kanak-kanak awal?
9.     Bagaimanakah perkembangan penggunaan bahasa bagi anak-anak pada masa kanak-kanak awal?
10.            Apakah tujuan yang ingin dicapai pada anak-anak di masa kanak-kanak awal dalam bidang pendidikannya?
11.            Bagaimana sikap anak dalam menghadapi transisi ke TK?
12.            Bagaimana orangtua menyikapi perubahan tersebut?

C.    Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui perubahan-perubahan fisik apa saja yang terjadi pada anak di masa kanak-kanak awal dari masa sebelumnya.
2.     Untuk mengetahui nutrisi dan gizi yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal.
3.     Untuk mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi pada pola tidur anak di masa kanak-kanak awal.
4.     Untuk mengetahui perkembangan cara berpikir atau kognitif anak dari tahapan sebelumnya.
5.     Untuk mengetahui batasan-batasan pemikiran pada anak di masa kanak-kanak awal.
6.     Untuk mengetahui perkembangan ingatan dan penggunaan bahasa pada anak di masa kanak-kanak awal.
7.     Untuk mengetahui kecerdasan anak di masa kanak-kanak awal.
8.     Untuk mengetahui pendidikan yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal.
9.     Untuk mengetahui bagaimana transisi anak sebelum memasuki sekolah TK.

D.   Manfaat
Manfaat makalah ini secara umum adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang perkembangan anak di masa kanak-kanak awal. Dan manfaat makalah ini secara khusus adalah sebagai bentuk penilaian tugas bagi kami tim penyusun makalah.















BAB II
LANDASAN TEORITIS

Pada masa kanak-kanak awal merupakan masa yang terjadi pada setiap manusia yang mulai berumur dari 2 sampai 7 tahun. Masa ini merupakan masa penutup dari masa bayi yaitu dari usia 2 minggu hingga 2 tahun. Masa kanak-kanak awal disebut juga dengan masa pra sekolah atau masa sebelum bersekolah. Perkembangan-perkembangan baik secara fisik, kognitif, maupun sosial banyak terjadi di masa ini. Perkembangan fisik pada tahap ini cepat, tetapi tidak secepat perkembangan fisik pada tahap sebelumnya. Biasanya anak pada tahap ini mulai belajar berjalan dengan kakinya, mulai menggambar, melempar sesuatu, atau memegang apa saja yang dilihatnya dengan tangannya. Gizi dan nutrisi pada anak juga menjadi hal yang penting dalam pencegahan obesitas atau kegemukan pada anak di masa kanak-kanak awal. Teror malam, berbicara atau berjalan sambil tidur adalah salah satu gangguan tidur yang sering terjadi pada masa ini. Kesehatan pada anak di masa ini selain dikarenakan oleh gizi dan nutrisi, lingkungan juga berperan penting dalam menjaga kesehatan anak. Anak-anak yang berada di lingkungan kumuh biasanya cenderung mengalami penyakit-penyakit seperti diare, keracunan, dll.  
 Lain hal pada perkembangan kognitifnya, pada perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal ini masih memiliki batasan-batasan dalam cara berpikirnya. Begitu juga dalam hal mengingat, anak-anak biasanya dapat mudah mengingat sesuatu dengan melalui strategi pengulangan, pengelompokan atau pengorganisasian, ataupun strategi elaborasi. Interaksi sosial juga dapat membantu daya ingat bahkan menjadi kunci pembentukan memori pada anak. Kemampuan kognitif diiringi pula oleh tingkat kecerdasan anak. Pengujian kecerdasan yang biasa dilakukan pada masa kanak-kanak awal atau pra sekolah adalah Standford-Binet Intelligence Scales dan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence. Tentu saja kecerdasan anak dapat ditingkatkan melalui proses belajar. Dalam proses belajar anak-anak di masa kanak-kanak awal ini menurut Vygotsky adalah dengan menginternalisasi dari hasil interaksi dengan orang dewasa. Penggunaan bahasa juga menjadi dasar dalam proses belajarnya. Dan pada akhir pada tahap ini, anak diharapkan sudah mampu mengikuti jenjang pendidikan yaitu masa transisi ke TK.

BAB III
PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF
PADA MASA EARLY CHILDHOOD

A.   Perkembangan Fisik pada Masa Early Childhood

1.     Aspek Perkembangan Fisik
Dalam masa kanak-kanak awal terdapat beberapa aspek dalam perkembangan fisik, diantaranya adalah:
a.      Perubahan dan Pertumbuhan Tubuh
Perkembangan fisik pada anak usia 3-6 tahun tumbuh lebih lambat dibandingkan pada masa sebelumnya, namun masih dikategorikan sebagai perkembangan fisik yang cepat. Tinggi dan berat badan adalah dua ukuran utama pertumbuhan secara keseluruhan. Tinggi badan sendiri ditentukan  oleh faktor keturunan baik ras, faktor gizi, kesehatan , jenis kelamin dan perbedaan individual. Selama masa kanak-kanak, tubuh anak akan mengalami perubahan. Selain tinggi badan, berat badan pun dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti gizi, kesehatan, dan faktor individual.
 Pada  usia 3 tahun anak- anak mulai kehilangan bentuk tubuh seperti bayi, mulai mengerasnya otot perut, kedutan khas bayi mulai menghilang, tubuh, tangan, dan kaki tumbuh semakin panjang dan kepala relatif tetap besar akan tetapi bagian tubuh lainnya masih terus berusaha untuk menyusul. Pertumbuhan otot dan rangka juga tumbuh secara cepat dan tulang rawan berubah menjadi tulang dalam kecepatan yang lebih tinggi dari pada yang sebelumnya dan menjadi keras yang melindungi organ-organ dalam.
b.    Nutrisi dalam Pencegahan Obesitas atau Kegemukan
Beberapa penelitian di beberapa negara telah mengungkapkan bahwa nutrisi memegang peranan penting pertumbuhan fisik. Makanan yang bergizi sangat mempengaruhi dalam pembentukan tulang, daya tahan tubuh, dan kebutuhan nutrisi di dalam otak. Anak-anak yang menerima suplemen makanan yang berlebih dapat menyebabkan kelebihan berat badan yang disebut obesitas. Orang yang gemuk dan bertubuh besar belum tentu dapat dikatakan sebagai orang tersebut mengalami obesitas. Untuk mengetahui obesitas tidaknya seseorang, menurut WHO ( 2010) dapat diukur melalui Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI). BMI adalah suatu pengukuran yang membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan indeks, BMI sebenarnya adalah nilai yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.
Adapun rumus nya adalah:
          BMI =
dengan: b  = berat badan (kg)
BMI
Klasifikasi
< 18.5
Berat badan dibawah normal
18.5-24.9
Normal
25.0-29.9
Normal Tinggi
30.0-34.9
Obesitas Tingkat 1
35.0-39.9
Obesitas Tingkat 2
≥ 40.0
Obesitas Tingkat 3
              t  = tinggi badan (meter)






Klasifikasi obesitas sendiri digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
  • Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
  • Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
  • Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Pencegahan Obesitas dapat dilakukan dengan melakukan pola makan yang sehat dan dapat dibantu oleh obat-obatan yang harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter, ataupun berolahraga dan melakukan program diet yang aman dan terstruktur secara berkelanjutan.
c.      Malnutrisi
Sekitar setengah (46%) dari anak-anak di Asia Selatan, 30% sub-sahara Afrika, 8% di Amerika Latin dan Caribbean, dan 27% di seluruh dunia mengalami kekurangan berat badan (UNICEF, 2002). Kebanyakan anak yang kekurangan gizi biasanya hidup di lingkungan yang sangat kekurangan. Mereka yang berasal dari keluarga yang tidak memiliki makanan yang cukup akan lebih mungkin untuk mendapatkan hasil tes kemampuan aritmatika yang jelek, tidak naik kelas, harus berkonsultasi ke psikolog, dan mengalami kesulitan untuk bergaul dengan anak-anak lain (Alaimo, Olson, dan Frongillo, 2001).
Malnutrisi sering sekali disamakan dengan kurang gizi. Tetapi sebenarnya malnutrisi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.
d.    Kesehatan Mulut
Pada usia 3 tahun,semua gigi susu sudah berada pada tempatnya. Gigi pemanen yang mulai muncul pada usia 6 tahun, sedang berkembang. Dengan demikian, orang tua biasanya dapat dengan aman mengabaikan kebiasaan umum mengisap ibu jari pada anak di bawah 4 tahun. Jika anak-anak berhenti mengisap jempol atau jari pada usia itu, gigi permanen mereka tidak mungkin akan terpengaruh (Herrmann & Roberts, 1987; Umberger & Van Reenen, 1995).
e.      Pola dan Masalah Tidur
Pola tidur akan terjadi perubahan sepanjang masa pertumbuhan (Hoban, 2004; Iglowstein, Jenni, Molinai, & Largo, 2003). Anak-anak pada masa kanak-kanak awal ini tidur lebih lelap pada malam hari dibandingkan pada saat mereka lebih besar nantinya. Kebanyakan anak-anak di U.S. memiliki rata-rata 11 jam waktu tidur di usia 5 tahun dan tidak melakukan tidur siang (Hoban, 2004).
Walaupun masih berada pada masa kanak-kanak awal, mereka tetap mengalami masalah dalam tidur. Teror malam adalah gangguan yang bisa muncul yang ditandai dengan  terbangun tiba-tiba dari tidur nyenyak dalam keadaan agitasi (keresahan atau kegelisahan). Berbicara dan berjalan pada saat tidur dan mimpi buruk juga sering terjadi pada anak di masa kanak-kanak awal. Biasanya masalah dalam tidur tersebut terjadi disebabkan aktivasi sistem kontrol motorik otak secara tiba-tiba (Hobson & Silvestri, 1999). Sedangkan pada mimpi buruk, biasanya dapat disebabkan karena melihat acara televisi atau mendengar cerita-cerita yang menyeramkan sebelum tidur.
Mengompol juga menjadi masalah tidur bagi anak. anak usia ini biasanya mengenali sensasi kandung kemih penuh saat tidur dan terbangun untuk mengosongkannya di toilet. Anak-anak yang mengompol tidak memiliki kesadaran tersebut. Dengan demikian, peristiwa enuresis, berulang kali buang air kecil pada pakaian dan kasur, teutama terjadi pada malam hari.
f.      Kemampuan Motorik
Perkembangan motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengandalian gerak tubuh. Ciri utama dari anak pada masa kanak-kanak awal adalah bergerak seperti berlari, melompat, dll. Gerakan yang pertama dikenal sebagai keterampilan gerakan kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah keterampilan gerakan halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak untuk bermain sepanjang waktu. Karena itu masa usia prasekolah disebut juga sebagi masa bermain.
1.     Keterampilan Gerakan Kasar
Anak usia prasekolah membuat perkembangan yang besar di keterampilan gerakan kasar. Contoh keterampilan gerakan kasar adalah seperti melompat, berlari, memanjat, dll. Pengembangan daerah sensorik dan motorik dari korteks serebral memungkinkan koordinasi yang lebih baik antara apa yang anak ingin lakukan dan apa yang bisa mereka lakukan.karena tukang dan otot mereka lebih kuat dan kapasitas paru-paru mereka lebih besar, mereka dapat berlari, melompat, bahkan memanjat dengan lebih cepat dan jauh.

2.     Keterampilan Gerakan Halus
Keterampilan gerakan halus ini tidak membutuhkan koordinasi otot yang besar. Contoh keterampilan gerakan halus adalah seperti memasang kancing pada baju, menjahit, menggambar, dan kegiatan lain yang melibatkan mata dan tangan dan koordinasi otot yang kecil.

3.     Kecenderungan atau Kidal (Handedness)
Handedness adalah kecenderungan untuk menggunakan satu tangan dari tangan yang lain. Kecenderungan ini biasa terjadi pada usia 3 tahun. Dikarenakan belahan otak sebelah kiri, yang mana mengatur bagian sebelah kanan tubuh, yang dominan, biasanya orangnya lebih menyukai menggunakan tangan sebelah kanan. Pada orang yang otaknya lebih simetris secatra fungsionalnya, belahan otak sebelah kanan lebih mendominasi, maka orangnya akan lebih menyukai menggunakan tangan sebelah kirinya (kidal). Laki-laki biasanya lebih cenderung menggunakan tangan kirinya (kidal) daripada wanita.

2.     Kesehatan dan Keselamatan
Karena penyebaran dan sosialisasi yang baik pada program imunisasi dan vaksin, penyakit yang dulunya menjadi penyakit utama pada anak-anak sekarang sudah mulai berkurang di negara industri barat. Selain program kesehatan yang terus berkembang, pengaruh lingkungan tetap berkontribusi besar dalam kesehatan pada anak-anak yang dapat menyebabkan kematian.
a.     Cedera Akibat Kecelakaan dan Kematian
Anak-anak pada masa kanak-kanak awal cenderung berani dan tidak berhati-hati inilah yang menjadikan sangat sulit untuk menjaga keselamatannya. Banyak kematian yang terjadi bukan karena kurangnya nutrisi ataupun lingkungan yang tidak kondusif, tetapi karena kecelakaan lalu lintas. Untuk mengurangi ini, diharapkan orang tua mampu mengawasi anak sebaik mungkin dengan menggunakan alat pengaman jika berkendara, mendampingi ketika hendak menyebrang jalan, dll.
b.    Kesehatan dalam Konteks Pengaruh Lingkungan
Lingkungan memiliki peranan yang sangat penting mengapa setiap anak memiliki kesehatan yang berbeda-beda.
·        Status Sosioekonomi dan Ras/Etnis
Sosioekonomi adalah kajian tentang hubungan aktivitas ekonomi dan kehidupan sosial. Semakin rendah status sosioekonomi suatu keluarga maka semakin besar resiko seorang anak terhadap gejala penyakit dan kematian (Chen, Matthews, & Boyce, 2002). Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung menderita penyakit seperti kurang gizi, anemia, peristiwa keracunan, dll. Tetapi, anak yang berasal dari keluarga yang tidak memiliki rumah memiliki masalah kesehatan yang sangat tinggi diantara yang lainnya.
Akses untuk keperawatan kesehatan yang berkualitas menjadi masalah tertentu bagi anak berkulit hitam dan latin, terutama pada mereka yang miskin atau mendekati miskin (Flores et al., 2005).
·        Merokok, Polusi Udara, dan Penggunaan Pestisida yang Berbahaya
Merokok juga salah satu faktor yang menyebabkan kematian karena dari pengaruh lingkungan orang tuanya yang merokok. Perokok pasif atau orang yang menghirup asap rokok, justru memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan si perokok. Penyakit yang bisa diderita termasuk penyakit  pnemonia,bronkis, penyakit infeksi serius, asma, dll.
Polusi udara juga merupakan salah satu yang menyebabkan kematian pada manusia. Begitu juga dengan penggunaan pestisida yang berlebihan dapat berujung pada kematian.
B.   Perkembangan Kognitif
Selain perkembangan fisik, anak-anak pada masa kanak-kanak awal juga mengalami perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif ini meliputi perkembanagn kognitif dengan pendekatan Piaget, pendekatan pemorsesan Informasi dengan perkembangan ingatan (memori), kecerdasan intelegensi diukur dengan psikometrik dan pendekatan Vygotsky, serta pendidikan pada anak di masa kanak-kanak awal.
1.     Pendekatan Piaget: Tahap Praoperasional
Salah satu teori perkembangan kognitif yang paling penting adalah teori yang dikemukakan scientist Swiss yang terkenal yaitu Jean Piaget. Piaget membedakan 4 masa utama dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu:
Ø Masa Sensorimotor (lahir-2 tahun)
Ø Masa Praoperasional (2-7 tahun)
Ø Masa Operasional Konkret (7-11 tahun)
Ø Masa Operasional Formal (11-selanjutnya)
Menurut Piaget, masa kanak-kanak awal telah mencapai masa praoperasional. Ciri utama dari tahap preoperasional adalah fungsi simbolis pada anak, atau kemampuan untuk menggunakan simbol seperti kata-kata, gambar, dan gerakan, untuk mewakilkan objek dan kejadian yang terjadi di dalam dunianya. Kemampuan ini untuk mewakili pengalaman  secara simbolik yang berlanjut dan berkembang  ke dalam dua sub-tahap pada periode ini, yaitu tahap prakonseptual dan tahap intuitif. Pada tahap prakonseptual, munculnya fungsi simbolik terlihat pada perkembangan dalam bahasa yang cepat, bermain yang bersifat imajinatif, dan peningkatan penggunaan imitasi.  Sedangkan pada tahap intuitif, fungsi simbolis diwujudkankan pada perubahan dalam proses berpikir termasuk hal-hal seperti pemahaman hubungan sebab akibat, angka-angka, dan klasifikasi. Semua perilaku ini menunjukkan bahwa anak dapat memproduksi simbol mental yang memediasi penampilannya.
Salah satu perkembangan terbesar pada anak di tahap preoperational adalah pengenalan dari bahasa. Menurut Piaget, pengenalan dari bahasa adalah perkembangan anak dari fungsi simbolik yang memungkinkan dirinya untuk memperoleh kemampuan bahasa begitu cepat. Proses simbolik pada bahasa juga muncul pada saat anak bermain secara imajinatif. Dengan misalnya mengatakan ‘toot...tooot..’ saat kereta api sedang lewat.
Pada tahap prakonseptual dari periode praoperational Piaget memiliki ciri utama khususnya  yaitu cara berfikir egosentrisme. Sedangkan pada tahap intuitif, dinamakan demikian karena selama periode ini, walaupun mereka dapat menggunakan operasi mental tertentu dalam pemecahan masalah, anak-anak preoperational tidak dapat menjelaskan prinsip-prinsip operasi yang mendasari mereka telah gunakan.
a.     Tahap Prakonseptual (2-4 tahun)
Tahap ini disebut juga dengan tahapan fungsi simbolis. Pada tahap ini biasanya anak-anak tidak memberikan isyarat sensorik atau motorik untuk berpikir tentang suatu hal tetapi dengan membayangkan secara mental suatu objek yang mereka inginkan yang objeknya sendiri tidak ada. Kemampuan tersebut disebut dengan fungsi simbolis. Simbol-simbol dapat membantu anak-anak untuk berpikir dan mengingat benda-benda yang sebenarnya tidak ada. Contohnya adalah Rani ingin dibelikan boneka yang dilihatnya kemarin di Mall.
Pada tahap ini pertumbuhan dalam penggunaan bahasa sangatlah besar. Dari usia 2 tahun kosakata seorang anak dalam berbicara sekitar 300 kata , pada usia 6 tahun anak-anak dari manapun bisa mencapai lebih dari 14.000 kata, dan 60.000 kata pada usia 18 tahun. Ini berarti anak-anak harus belajar rata-rata 10 kosakata baru setiap harinya dari usia 2 sampai 18 tahun (Bornstein & others, 2004; Ganger & Brent, 2004). Pada saat bermain secara imajinatif  atau pretend play, anak-anak membayangkan suatu objek sebagai boneka ataupun manusia dan bermain dengan objek tersebut.
Pada tahap prakonseptual ini, anak-anak dicirikan dengan beberapa karakteristik diantaranya yaitu:
a.     Animisme
Hal biasa bagi anak-anak pada tahap ini mempercayai bahwa bulan adalah hidup dan mengikuti ketika mereka berjalan atau mengendarai mobilnya. Kecenderungan anak-anak mengatributkan kehidupan pada benda mati inilah yang disebut dengan animisme. Namun pada umur 3 dan 4 tahun, peneliti menemukan bahwa anak-anak pada usia tersebut dapat membedakan mana benda yang mati dan yang hidup (Gelman, Spelke, & Meck, 1983). 
b.     Egosentrisme
Salah satu ciri  pemikiran pada tahap preoperational adalah centration atau sentrasi, yaitu kecenderungan yang hanya berfokus pada satu keadaan hanya pada satu dimensi dari objek atau situasi dan mengabaikan yang lain. Pada tahap ini anak-anak juga tidak dapat berfikir beberapa hal dalam satu waktu, yaitu dikenal dengan istilah decenter. Decenter inilah yang menyebabkan anak-anak pada masa kanak-kanak awal sering menyimpulkan hal-hal yang bersifat tidak logis.
Salah satu wujud dari centration dan menjadi juga menjadi ciri utama pada masa kanak-kanak awal (preoperational) adalah egosentrisme. Banyak yang salah mengartikan kata egosentrisme sama dengan sifat egois. Namun pengertian tersebut salah. Egosentrisme yang dimaksud disini adalah sifat dimana anak praoperational hanya berpusat pada sudut pandangnya atau prespektifnya saja dan tidak mampu mempertimbangkan atau memikirkan dari sudut pandang orang lain.
Untuk menguji kemampuan anak untuk melihat dari perspektif orang lain, Piaget mendesain penelitian yang dikenal dengan the three-mountain task atau tugas tiga gunung. Dimana si anak duduk di depan meja menghadap tiga tumpukan tanah yang berbentuk gunung dengan ukuran yang bervariasi. Kemudian sebuah boneka ditempatkan di kursi yang berhadapan dengan sang anak. Para periset kemudian menanyakan kepada anak tersebut apa yang dilihat oleh si boneka. Piaget menemukan bahwa, biasanya si anak akan menjawabnya dengan mendeskripsikan gunung tersebut dari sudut pandangnya saja. Piaget melihat hal ini sebagai bukti bahwa anak praoperasional tidak dapat membayangkan berbagai sudut pandangan yang berbeda (Piaget & Inhelder, 1967).
b.    Tahap Intuitif (4-7 tahun)
Tahap ini disebut juga tahap pemikiran intuitif. Piaget menyebut tahap kedua dari periode praoperasional  dengan ‘intuitif’ karena, walaupun anak yang berumur diantara 4 dan 7 tahun dapat menggunakan operasi mental tertentu seperti mengklasifikasi, menghitung, mengukur, atau keterkaitan antar benda atau hubungan sebab-akibat. Mereka dapat memecahkan masalah, namun tidak dapat menjelaskan masalah mengapa mereka memecahkan masalah dengan jalan atau cara tersebut. Dan anak-anak pada tahap ini begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka akan suatu hal, padahal mereka belum begitu tahu bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran yang rasional, logis, dan objektif. Kesalahan-kesalahan dalam penalaran hubungan sebab-akibat yang dibuat oleh anak-anak preoperational ini disebut dengan penalaran transduktif.
Adapun pada tahap ini, terdapat beberapa batasan cara berpikir bagi anak-anak pada masa praoperasional. Misalnya saja konservasi. Menurut Piaget, konservasi adalah kesadaran pada anak tahap preoperasional bahwa dua objek adalah sama dengan merujuk kepada ukuran tertentu dan akan tetap sama di hadapan perubahan perseptual selama tidak ada yang ditambahkan atau ditanggalkan. Salah satu tes pengetahuan anak praoperasional tentang konservasi yang paling sering digunakan adalah dengan melibatkan mengubah wadah pada cairan yang dituang kedalam wadah. Dalam percobaan ini, peneliti menunjukkan dua gelas mirip yang berlingkaran lebar dan pendek yang keduanya diisi dengan jumlah air yang sama, dan kemudian si anak melihat peneliti menuangkan air pada salah satu gelas yang berlingkaran lebar dan pendek tadi ke dalam satu gelas yang berukuran kecil dan tinggi. Kemudian peneliti bertanya gelas manakah yang mengandung air lebih banyak, kemudian si anak menunjuk ke arah gelas yang berukuran berlingkaran kecil dan tinggi. Tanyalah jika ada yang ditambahkan atau diambil dari gelas, si anak akan mengatakan ‘tidak’ tapi masih akan bersikeras bahwa mereka sekarang mengandung jumlah air yang berbeda. Anak yang demikian telah gagal untuk mengkonservasikan jumlah cairan pada gelas, mereka hanya berfokus pada perubahan yang ia telah amati dalam tinggi dan lebar dari air bukan pada jumlah konstan air pada gelas tersebut.
Piaget juga mengatakan bahwa kemampuan kognitif pada anak di tahap praoperasional dicirikan oleh tiga batasan yang paling penting yang dekat hubungannya dengan egosentrisme, yaitu:
·        Ketidakmampuan untuk memahami konsep reversibilitas.
·        Kecenderungan untuk fokus pada keadaan akhir dari suatu tindakan atau tugas daripada sarana atau arti dari keadaan akhir.
·        Sentrasi
Namun, yang paling penting diantara ketiga batasan diatas menurut Piaget adalah ketidakmampuan anak untuk mengerti konsep reversibilitas atau konsep pembalikan. Misalnya 2 + 3, si anak mampu menjawab 5, tetapi jika dibalik misalnya 3 + 2 atau 5 – 3, si anak tidak mampu menjawabnya dengan benar.
Anak-anak pada tahap ini juga mengalami ketidakmampuan dalam membedakan antara fantasi dan kenyataan dan antara penampilan dan ralitas. Dalam membedakan antara fantasi dan kenyataan, anak-anak yang berusia diantara 18 bulan dan 3 tahun, sudah mulai belajar membedakan antara peristiwa nyata dan khayalan. Anak 3 tahun sudah dapat mengetahui perbedaan anjing yang nyata dan anjing yang ada dalam mimpi, dan antara sesuatu yang tidak tampak (seperti udara) dan sesuatu yang bersifat imajiner. Mereka dapat berpura-pura dan mengetahui ketika orang lain mulai berpura-pura (Flavell et al., 1995). Ketidakmampuan dalam membedakan antara penampilan dan realitas juga terjadi pada anak-anak praoperasional. Menurut Piaget, baru pada usia 5 atau 6 tahun, seorang anak dapat membedakan antara yang tampaknya dan apa benda tersebut sebenarnya. Tetapi beberapa studi mengungkapkan bahwa kemampuan ini mulai muncul sebelum usia 4 tahun (Friend & Davis, 1993; C. Rice, Koinis, Sullivan, Tager-Flusberg, & Winner, 1997).
c.      Kemajuan-Kemajuan Kognitif Masa Praoperasional
Adapun kemajuan-kemajuan kognitif sepanjang usia kanak-kanak awal (praoperasional) yaitu:
1.     Kemajuan menggunakan simbol
Kemajuan menggunakan simbol ini dapat membantu anak-anak untuk berpikir dan mengingat benda-benda yang sebenarnya tidak ada pada saat itu. Anak-anak tidak harus berada dalam kondisi kontak langsung sensorimotoriknya dengan si objek untuk memikirkan hal tersebut.
2.     Memahami identitas
Dalam memahami identitas, biasanya anak akan mengenal atau memahami identitas seseorang yang dekat dengannya, misalnya orang tua, guru, dll. Anak-anak mulai memahami bahwa perubahan penampilan atau perubahan di permukaan tidak mengubah seseorang tersebut. Misalnya gurunya yang  memakai baju olahraga. Anak akan mengenal bahwa orang tersebut adalah gurunya, hanya saja menggunakan pakaian yang berbeda dari biasanya.
3.     Memahami hubungan sebab-akibat
Dalam memahami hubungan sebab-akibat, anak-anak pada tahap praoperasional hanya mengetahui bahwa setiap kejadian memiliki sebab. Namun penalaran sebab-akibatnya belum bersifat logis dan objektif.
4.     Mampu mengklasifikasi atau mengkategorikan
Pengkategorian atau klasifikasi pada anak-anak di tahap praoperational biasanya berdasarkan persamaan dan perbedaan diantara objek-objek yang ada. Anak-anak yang berumur 4 tahun biasanya dapat mengklasifikasikannya ke dalam dua kriteria, seperti yang sama warnanya dan bentuk atau ukurannya. Sedangkan dalam pengkategorian, anak-anak menggunakannya dalam aspek kehidupannya yang berkaitan dengan implikasi psikososial, seperti membedakan orang yang baik , jahat, dll.
5.     Memahami angka
Pemahaman angka pada anak-anak preoperational berbeda-beda. Seberapa cepat anak dapat memahami angka dan berhitung tergantung pada seberapa besar penggunaan angka di kebudayaan masing-masing dan di sekolah (Naito & Miura, 2001).
2.     Pendekatan Pemorsesan Informasi: Perkembangan Ingatan (Memori)
Di masa kanak-kanak awal, kemampuan anak dalam perhatian dan efisiensi  memproses informasi mulai meningkat. Mereka mulai membentuk ingatan jangka panjang. Tetapi dibandingkan dengan orang yang lebih tua, tentu saja ingatan anak yang muda kalah. Orang yang lebih tua dapat mengingat lebih panjang dari anak yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena orang yang lebih tua biasanya berkonsetrasi pada intisari apa yang terjadi sedangkan anak kecil atau orang yang lebih muda cenderung lebih terfokus pada detail pasti dari sebuah kejadian yang biasanya paling mudah dilupakan ditambah dengan pengetahuan mereka yang lebih sedikit mengenai dunia.


a.     Proses Dasar dan Kapasitas Ingatan
Para ahli menganggap bahwa ingatan itu seperti sebuah sistem kearsipan yang meiliki 3 tahapan, yaitu:
1.     Encoding (pengodean)
Suatu proses dimana informasi disiapkan untuk penyimpanan jangka panjang dan pengambilan kembali dimasa yang akan datang.
2.      Storage (penyimpanan)
 Penyimpanan informasi dalam ingatan untuk penggunaan dimasa depan.
3.     Retrieved (pengambilan kembali)
Proses dimana informasi di akses dan dipanggil kembali dari penyimpanan memori.
Walaupun efisiensi dari setiap sistim berbeda-beda, cara bagaimana otak menyimpan informasi dianggap universal. Otak memiliki 3 gudang yaitu ingatan sensorik, ingatan kerja, dan ingatan jangka panjang.
Ingatan sensorik (sensory memory) adalah suatu tempat penyimpanan sementara dari informasi sensorik yang masuk. Ingatan ini mempunyai sedikit perubahan dari masa bayi, yang jika tanpa adanya pemrosesan, maka ingatan ini akan hilang begitu saja. Ingatan kerja (working memory) adalah suatu penyimpanan jangka pendek untuk informasi yang sedang digunakan seseorang dimana seseorang tersebut berusaha untuk memahami, mengingat atau memikirkan sesuatu. Pertumbuhan ingatan kerja memungkin kan perkembangan fungsi eksekutif, merencanakan dan melakukan aktivitas mental yang memiliki tujuan. Perkembangan fungsi eksekutif pada masa anak-anak terlihat dalam kompleksitas aturan-aturan yang dibuat dan digunakan anak dalam memecahkan masalah. Menurut model yang digunakan secara umum, Pusat Eksekutif (central executive) mengendalikan operasi dari ingatan jangka pendek. Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah sebuah penyimpanan dengan kapasitas hampir tidak terbatas yang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang sangat lama. Pusat Eksekutif yang kelihatan matang pada usia 8 sampai 10 tahun memerintahkan informasi yang sudah dikodekan di pindahkan ke ingatan jangka panjang dan kemudian mengambil  kembali informasi dari ingatan jangka panjang untuk memrosesan lebih lanjut.


b.    Pengenalan dan Ingatan

Pengenalan (recognition) adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan stimulus yang telah ditemukan sebelumnya. Ingatan (recall) adalah kemampuan untuk memproduksi kembali materi dari memori. Contohnya kanak-kanak lebih siap dalam mengenali sarung tangan yang hilang dalam kotak barang daripada mengingat rupa sarung tangan yang hilang. Pengenalan dan mengingat merupakan bentuk memori eksplisit dimana kedua kemampuan tersebut berkembang sesuai usia. Semakin akrab seseorang terhadap suatu informasi maka akan semakin cepat ia mengingatnya. Ingatan juga tergantung pada motivasi dan strategi yang digunakan oleh anak untuk meningkatkannya.
Anak-anak cenderung tidak berhasil dalam menggunakan strategi mengingat bahkan strategi yang mereka ketahui (kecuali diingatkan kembali). Anak yang lebih tua yang biasanya lebih efisien menggunakan strategi  ingatan yang spontan.

c.      Pembentukan Ingatan Masa Kanak-kanak

Ingatan pada anak kecil biasanya terjadi jika kejadian tersebut memiliki kesan yang kuat, sangat jarang terjadi karena disengaja. Terdapat 3 jenis ingatan masa kanak-kanak yang memiliki fungsi berbeda :
·        Ingatan generik (generic memory)
Dimulai dari umur 2 tahun, menghasilkan naskah(script) rutinitas yang familiar digunakan sebagai panduan perilaku. Contohnya seorang anak bisa saja mempunyai script untuk berjalan kaki ke sekolah atau makan siang di rumah paman.
·        Ingatan Episodis (episodic memory)
Mengarah kepada kesadaran akan pengalaman tertentu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu. Anak-anak biasanya mengingat lebih baik peristiwa yang unik atau baru bagi mereka. Anak yang berusia 3 tahun mungkin lebih mengingat detail menonton badut selama setahun atau lebih sedangkan ingatan generik mengenai hal yang biasa seperti makan siang di rumah paman, cenderung melebur mengabur. Berhubung terbatasnya ingatan anak, ingatan episodic bersifat sementara. Kecuali peristiwa tersebut berlangsung berulang kali, mereka akan bertahan beberapa minggu atau bulan lalu kemudian menghilang.

·        Ingatan otobiografis (autobiographical memory)
Ingatan inilah yang membentuk sejarah hidup seseorang. Ingatan ini bersifat spesifik dan bertahan lama atau jangka panjang.  Ingatan otobiografis adalah sebuah jenis ingatan episodik tetapi tidak semua ingatan episodik menjadi bagian dari ingatan ini. Bagi kebanyakan orang, ingatan otobiografis dapat kembali sampai usia 3 atau 4 tahun, tetapi beberapa orang dewasa dapat mengingat mulai usia 2 tahun bahkan ada yang tidak bisa mengingat apapun sebelum usia 8 tahun. Munculnya ingatan biografis berhubungan dengan perkembangan bahasa. Ketika anak dapat mengungkapkan ingatan dalam kata-kata, baru mereka dapat menyimpan dalam pikiran dan kemudian merefleksikan kejadian tersebut dan membandingkannya dengan ingatan lain. Ada beberapa faktor kenapa sebagian ingatan dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang lain. Faktor yang pertama adalah unik atau tidaknya kejadian. Yang kedua adalah partisipasi aktif anak dalam kejadian itu sendiri seperti menceritakan kembali ataupun melakukan kembali. Faktor ketiga adalah berbicara dengan ibu mereka mengenai kejadian masa lalu. Menurut penelitian, anak-anak yang berusia 2 setengah sampai 3 tahun akan mulai melakukan permainan masak-masakan dengan ibunya, kemah-kemahan, dsb. Anakyang melakukan bersama-sama dan kemudian berdiskusi dengan ibunya mengenai hal yang berkaitan dengan ini akan dapat mengenang dengan lebih baik 1 sampai 3 hari kemudian dibandingkan anak yang hanya melakukan atau mendiskusikan hal tersebut. Cara orang dewasa berbicara dengan anak  tentang pengalaman bersama dapat memengaruhi seberapa baik si anak mengingatnya.

d.    Interaksi Sosial, Budaya, dan Ingatan
Interaksi sosial membantu anak dalam mengingat dan juga menjadi kunci dalam pembentukan ingatan. Teori sosiokultural Vygotsky mengemukakan bahwa model interaksi sosial yang menampung ingatan otobiografis yang dibangun secara kolaboratif dengan orangtua atau orang dewasa lain ketika mereka membicarakan kejadian-kejadian yang dialami bersama.
Budaya memengaruhi apa yang diingat oleh anak mengenai sebuah kejadian yang juga dipengaruhi oleh cara orangtua berbicara dengan mereka mengenai hal itu.


3.     Kecerdasan Intelegensi: Psikometrik dan Pendekatan Vygotsky
Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang mungkin berpengaruh pada seberapa awal seorang anak mengembangkan bahasa dan memorinya.

a.     Pengukuran Psikometri Tradisional

Pada abad ke-20, Alfred Binet dan Theodore Simon mengembangkan tes psikometrik yang sekarang digunakan untuk anak dari berbagai tingkat kemampuan, yang mengukur kecerdasan dengan angka. Usia 3-5 tahun lebih mahir dalam berbahasa daripada anak yang lebih muda. Oleh karena itu tes yang diberikan pada kelompok ini meliputi item verbal yang lebih banyak dan tes ini memberikan hasil yang lebih bagus dibandingkan tes non verbal yang diberikan untuk anak pada masa bayi. Anak prasekolah lebih mudah di tes daripada bayi dan baduta. Terdapat dua jenis tes individu yang digunakan untuk anak pra-sekolah, yaitu Stanford-binnet intelligence scale dan Wechsler preschool and primary scale of intelligence.
Stanford-Binnet Intelligence Scale adalah versi Amerika dari tes binnet-simon tradisional. Tes ini memakan waktu sekitar 30-40 menit. Pada tes ini, anak diminta untuk mendefinisikan kata-kata, mengidentifikasi bagian gambar yang hilang, menyusun manik-manik, dan menunjukkan pemahaman terhadap angka-angka. Skor anak dianggap sebagai kemampuan penalaran yang cair, pengetahuan, penalaran kuantitatif, pemomresan visual-spasial dan ingatan jangka pendek.
Wechsler Preschool and Primary Intelligence, Revised (WPPSI-III) adalah sebuah tes kecerdasan individual untuk anak berusia 2,5-7 tahun untuk menghasilkan skor verbal dan kinerja, selain sebuah skor gabungan. Baik Stanford-Binnet dan WPPSI-III telah distandardisasi ulang menggunakan sampel anak-anak yang mewakili populasi usia pra-sekolah di Amerika Serikat. Tes ini juga divalidasi untuk populasi khusus seperti keterlambatan perkembangan, kelainan bahasa, kesulitan intelektual, dan kelainan autistic.

b.    Pengaruh pada Pengukuran Kecerdasan
Ada suatu paham yang menyatakan bahwa skor IQ mewakili sebuah kuantitas kecerdasan yang tetap sejak lahir. Terjadi kesalahpahaman pada pernyataan tersebut. Nyatanya, skor IQ hanya merupakan pengukuran seberapa baik seorang anak dalam melakukan tugas-tugas tertentu pada waktu tertentu. Baik tidaknya seorang anak dalam melakukan tes IQ dipengaruhi oleh beberapa faktor:
-         Temperament
-         Kematangan sosial dan emosional
-         Suasana tes yang santai
-         Sudah memiliki atau belum memiliki kemampuan membaca
-         Status sosial ekonomi
-         Etnis/budaya
-         Kesesuaian antara gaya kognitif anak dengan tugas yang dihadapi
Ada waktu dimana ilmuwan mempercayai bahwa lingkungan keluarga berperan besar terhadap kecerdasan anak. Kita tidak bisa mengetahui seberapa besar pengaruh orangtua terhadap kecerdasan datang dari kontribusi genetik dan seberapa banyak yang datang dari seberapa besarnya mereka memberikan lingkungan yang mendukung pembelajaran awal anak. Dalam sebuah penelitian longitudinal terhadap anak-anak Afrika-Amerika dari keluarga berpenghasilan rendah, pengaruh lingkungan rumah tetap substansial, setidaknya sama besarnya dengan pengaruh tingkat IQ dari ibu. Situasi ekonomi keluarga dapat menghasilkan pengaruh yang luar biasa tetapi pengaruh tersebut tidak sebanyak pengaruhnya terhadap praktik pengasuhan dan atmosfer rumah. Pendapatan keluarga dihubungkan dengan perkembangan kognitif dan prestasi dimasa pra-sekolah dan juga setelahnya. Meskipun demikian, temperamen anak yang nyaman bersama dengan kehangantan ibu dan aktivitas-aktivitas yang menstimulasi dirumah dapat menjadi faktor pelindung (mungkin dipengaruhi IQ orangtua)

c.      Pengetesan dan Pengajaran Berdasarkan Teori Vygotsky
Menurut Vygotsky, kecerdasan tumbuh dengan cara berinteraksi dengan lingkungan. Pembelajaran interaktif ini paling efisien dalam membantu anak melewati Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu istilah Vygotsky untuk kesenjangan antara apa yang bisa dilakukan sendiri oleh anak dan apa yang bisa dilakukan anak dengan bantuan orang lain. Meskipun demikian, dengan panduan yang sesuai mereka dapat melakukannya dengan sukses. ZPD dapat diukur dengan menggunakan tes dinamis, dimana menurut teori Vygotsky memberikan pengukuran yang lebih baik terhadap potensi intelektual anak dibandingkan dengan tes psikometri tradisional. Beberapa pengikut Vygotsky telah mengaplikasikan sebuah metafora mengenai perancah atau scaffold terhadap cara pengajaran ini. Scaffolding  adalah dukungan sementara untuk membantu anak menguasai sebuah tugas. Dukungan ini dapat diperoleh dari orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya. Scaffolding  merupakan teknik yang efisien untuk memandu kemajuan kognitif anak. Dengan membuat anak bisa menjadi lebih sadar dan memantau proses-proses kognitifnya sendiri serta menyadari kapan mereka membutuhkan bantuan, orangtua dapat membantu anak mengambil tanggung jawab untuk belajar.

4.     Perkembangan bahasa
Anak baru sekolah biasanya memiliki banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada orang dewasa. Pertanyaan itu adalah pertanyaan-pertanyaan lugu yang kadang orang dewasa pun bingung menjawabnya. Pertanyaan itu seperti “ siapa yang mengisi air di sungai?”. Fasilitas bahasa yang berkembang dari anak membantu mereka mengekspresikan pandangan unik mereka mengenai dunia.
e.      Kosakata
Pada umumnya anak berusia 3 tahun rata-rata mengetahui 900 sampai 1000 kata. Pada usia 6 tahun , anak biasanya memiliki kosakata ekspresif ( yang bisa diucapkan ) sekitar 2600 kata. Menurut Owens (1996)  mengatakan bahwa dengan adanya bantuan sekolah formal, kosakata pasif atau reseptif anak ( kata-kata yang bisa ia pahami ) akan bertambah menjadi 80.000 kata ketika ia memasuki SMA.
Perluasan kosakata mungkin terjadi akibat pemetaan cepat ( fast mapping), yang memungkinkan anak  untuk mengambil sebuah hipotesis yang cepat mengenai arti sebuah kata yang baru didengarnya. Kemudian hipotesis mengenai arti sebuah kata itu kemudian akan diperbaiki seiring dengan makin seringnya kata itu didengar atau digunakan.
Sebuah eksperimen menunjukkan bahwa seorang anak yang berusia sedikit di bawah 3 tahun mampu melakukan fast mapping  terhadap kata kerja yang baru dan mengaplikasikannya dalam situasi lain di mana sebuah tindakan yang sama dilakukan.Perkembangan teori tentang pikiran yaitu peningkatan kemampuan untuk memahami keadaan mental oranglain , sepertinya memiliki peran dalam pembelajaran kosakata.
f.      Tata Bahasa dan Sintaksis
Pada masa kanak-kanak awal, anak mulai menggabungkan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalaimat yang tumbuh lebih kompleks. Pada usia 3 tahun, anak biasanya mulai menggunakan bentuk jamak, kata ganti kepemilikkan, bentuk lampau, serta mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Kalimat mereka biasanya pendek dan sederhana.
Anak antara usia 4-5 tahun, kalimat yang digunakan rata-rata terdiri dari 4 atau 5 kata dan biasanya berbentuk deklaratif, negatif (“saya tidak haus”.) interogatif (“kenapa saya tidak boleh main diluar?”) atau imperative (“ambil bukunya!”). Anak berusia 4 tahun menggunakan kalimat kompleks dan multiklausal (“Saya minum karena saya haus”) dan akan semakin sering jika orangtua mereka juga menggunakan kalimat yang seperti ini. Anak usia ini juga cenderung membentuk kalimat dlam bentuk narasi panjang yang menggunakan kata “lalu”.
Pada usia 5-7 tahun, perkataan anak sudah mulai mirip dengan orang dewasa. Mereka berbicara dalam kalimat panjang dan kompleks,mereka juga mulai memahami setiap bagian kalimat. Namun walaupun mereka dapat berbicara dengan lancer, dapat dipahami, dan dengan tata bahasa yang baik mereka belum menguasai seluk beluk bahasa. Mereka jarang menggunakan bentuk pasif, kalimat kondisional, atau kata kerja auxiliary.
g.     Pragmatik dan Perkataan Sosial
Anak yang belajar kosakata, tata bahasa, dan sintaks, mereka menjadi lebih kompeten dalam hal pragmatik. Pragmatik  itu sendiri adalah pengetahuan praktis mengenai cara menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Dalam konteks ini adalah untuk mengetahui bagaimana bertanya tentang sesuatu, menceritakan lelucon, memulai dan melanjutkan percakapan, dan menyesuaikan tanggapan dan sudut pandang pendengar. Ini semua adalah aspek-aspek dari perkataan social yang gunanya adalah untuk dipahami oleh pendengar.
Meningkatkan pelafalan dan tata bahasa akan memudahkan orang lain untuk memahami apa yang dikatakan anak. Pada usia 3 tahun kebanyakkan anak senang berbicara dan memperhatikan akibat dari perkataannya kepada orang lain. Ketika orang mengerti, ia akan semakin berusaha menjelaskan lebih lagi.
Anak berusia 4 tahun, khususnya perempuan , menyederhanakan bahasa mereka, namun saat berbicara kepada anak dibawah usia mereka , mereka cendderung menaikkan nada suara mereka.
Kebanyakkan anak berusia 5 tahun sudah mampu menyesuaikan apa yang mereka katakana dengan apa yang diketahui pendengar. Mereka dapat menggunakan kata-kata untuk menyelesaikan perselisihan dan menggunakan kata yang sopan kepada orang yang lebih tua disbanding anak lain.
Perkataan Pribadi (private speech)
Perkataan pribadi (private speech) adalah berbicara dengan mengeluarkan suara kepada diri sendiri tanpa ada niat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Berk (1986) private speech biasanya dijumpai pada anak berusia 4-10 tahun, sebesar 20 sampai 50 persen. Anak yang berusia 2-3 tahun melakukan “crib talk” , bermain dengan suara dan kata-kata. Anak berusia 4-5 tahun menggunakan perkataan pribadi sebagai cara untuk mengungkapkan fantasi dan emosi. Anak yang berusia lebih tua “ berpikir sambil bersuara” atau mengguman sesuatu yang hampir tidak terdengar.
Dua tokoh yang memiliki konsep yang berbeda tentang perkataan pribadi. Piaget (1962-1923) melihat perkataan pribadi sebagai tanda ketidakmatangan kognitif. Piaget berpendapat bahwa anak kecil masih egosentris, tidak menyadari sudut pandang oranglain, dan belum bisa berkomunikasi secara bermakna. Ia juga berpendapat bahwa seorang anak kecil hanya menyuarakan apa yang ada dipikiran mereka. Piaget juga mengemukakan bahwa anak kecilberbicara ketika mereka melakukan sesuatu karena  mereka belum bisa membedakan kata-kata dan tindakan yang diwakili oleh kata tersebut.
Vygotsky (1962/1934) tidak melihat perkataan pribadi sebagai sesuatu yang egosentris. Ia melihat hal ini sebagai bentuk khusus dari komunikasi yakni terhadap dirinya sendiri. Private speech ini menurutnya memiliki fungsi penting dalam peralihan antara perkataan social awal dan perkataan dalam diri yang mengarah ke control internal dan perilaku diri.
Vygotsky berpendapat bahwa private speech mengikuti kurva normal. Hal ini tampak saat private speech meningkat pada masa prasekolah dan menurun, kemudian menghilang pada masa sekolah awal seiring dengan lebih mampunya anak mengatur dan menguasai tindakan mereka. Penelitian umunya mendukung pada pendapat vygotsky, karena penelitian observasional pada 93 anak 3-5 tahun yang berasal dari ekonomi  rendah menengah , 86 komentar tidak bersifat egosentris.
Bukti dari fungsi private speech ini dapat dilihat dalam pengaturan diri, usaha anak untuk mengatur perilakunya sendiri. Private speech umunya meningkat ketika anak berusaha melakukan tugas yang sulit terutama tanpa pengawasan orangtua. Memahami pentingnya perkataan pribadi memiliki implikasi praktis, terutama di sekolah-sekolah. Berbicara kepada diri sendiri atau menggumam tidak boleh dianggap sebagai perilaku yang salah. Hal ini dikarenakan, mungkin saja anak mengalami kesulitan menghadapi masalah tertentu dan perlu berpikir dengan bersuara.
Perkembangan Bahasa yang Tertunda
Alasan mengapa beberapa anak terlambat dalam pembicaraan masih belum mendapatkan jawaban yang pasti. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam berbicara tidak selalu mengalami input bahasa dirumah , namun mungkin mereka memiliki keterbatasan kognitif yang membuat mereka sulit untuk belajaran aturan bahasa. Anak-anak ini mungkin mengalami masalah di fast mapping mereka sehingga mereka perlu lebih sering mendengar kara-kata baru disbanding anak normal.
Anak yang terlambat berbicara namun pemahamannya normal , masih dapat mengejar keterlambata fast mapping mereka (Dale,Price, Bishop, dan Plomin,2003; Thal,Tobias, dan Morrison, 1991). Beberapa anak yang lambat berbicara memiliki sejarah penyakit otitis media ( radang telinga tengah) pada usia 13 sampai 18bulan namun saat infeksi ini hilang kemampuan berbahasa anak tersebut akan berkembang kembali.
Bagi sebagian anak, keterlambatan bahasa di awa, jika tidak dirawat maka akan adanya gangguan bahasa yang menetap serta memiliki konsekuensi kognitif, social dan emosional yang jauh. Anak-anak yang tidak dapat berbicara atau memahami dengan baik dibandingkan rekan sebayanya cenderung dicap negatif oleh orang dewasa dan anak-anak lain dan mendapat kesulitan dalam mencari teman bermain dan sahabat.
Terapi wicara dan bahasa dapat menjadi perawatan yang efektif, terutama jika dimulai sejak dini. Terapi ini bisa memasukkan strategi memfokuskan bentuk bahasa yang spesifik, program prasekolah yang menargetkan kemampuan-kemampuan bahasa yang khusus dan program tindak lanjut di dalam atau di luar sekolah selama masa sekolah dasar.
h.    Interaksi Sosial dan Persiapan untuk Kemampuan Membaca
Menguasai kemampuan-kemampuan pramembaca sangatlah perlu bagi anak untuk memahami apa yang tertulis. Kemunculan kemampuan literal (emergent literacy) adalah perkembangan dari keahlian-keahlian ini, bersama dengan pengetahuan dan sikap-sikap yang mendasari menulis dan membaca.
Kemampuan pramembaca mencakup:
1.                 Kemampuan bahasa secara umum seperti kosakata, sintaks, struktur narasi, dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi.
2.                 Kemampuan fonologis khusus seperti, kesadaran bahwa kata-kata terdiri dari fonem, kemampuan untuk mengkaitkan bunyi dengan huruf atau rangkaian huruf tertentu.
Interaksi sosial dapat meningkatkan kemunculan kemampuan membaca. Interaksi ini membuat anak menjadi pembaca dan penulis yang baik jika semasa sekolah mereka dirangsang untuk menceritakan hal-hal yang sudah bisa dilakukan anak. Ketika anak belajar keahlian-keahlian ini, mereka akan perlu menerjemahkan kata tertulis ke dalam perkataan, mereka juga belajar bahasa menulis mengekspresikan ide-ide pemikiran dan perasaan. Selanjutnya mereka mulai menggunakan huruf, angka,dan bentuk yang mirip huruf untuk melambangkan kata-kata, suku kata, atau fonem. Seringkali pengerjaan mereka terlalu kreatif sehingga mereka sendiri tidak dapat membacanya.
Pemaparan yang cukup pada program pendidikan di televisi dapat mempersiapkan anak untuk bisa membaca terutama jika orangtua berbicara kepada anaknya tentang apa yang mereka lihat.

5.     Pendidikan Masa Kanak-kanak Awal
 Masuk ke kelompok bermain adalah langkah yang penting memperluas lingkungan fisik, kognitif, dan sosial anak. Peralihan ke TK, dimulainya “sekolah yang sebenarnya” adalah salah satu langkah penting.
a.     Tujuan dan Tipe Kelompok Bermain: Pandangan Lintasbudaya
Di beberapa Negara, seperti di China, play group (PG) diharapkan menyediakan persiapan akademis untuk sekolah. Sebaliknya kebanyakkan play group di AS dan Negara barat lainnya mengikuti filosofi “ terpusat pada anak “ menekan oertumbuhan sosial dan emosional sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan perkembangan anak kecil.hal ini didasari oleh teori piaget atau pendidik italia Mari Morrison yang menganggap hal itu memiliki penekanan koqnitif yang lebih kuat.
Pendukung pendekatan perkembangan tetap bertahan bahwa program yang berorientasi akademis mengabaikan kebutuhan anak kecil untuk mengeksplorasi dan bermain bebas serta intruksi yang terlalu banyak dari guru dapat menghambat minat mereka dan merusak pembelajaran ata inisiatif sendiri.
b.    Program Pengimbangan Prasekolah
Status sosial ekonomi yang lebih tinggi memungkinkan anak untuk siap sekolah. Program berskala besar telah dikembangkan untuk membantu anak dengan ekonomi yang rendah ini  untuk mengompensasikan apa yang tidak dapat mereka dapat dan mempersiapkan diri untuk sekolah. Program ini disebut Project Head Start yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan kognitif, meningkatkan kesehatan fisik dan menumbuhkan rasa percaya diri pada anak,meningkatkan tanggungjawab sosial serta membuat bangga keluargga dan menaikkan harga diri keluarga.
Namun walaupun disponsoro Negara, anak-anak dari PHS ini akan memiliki kempatan yang lebih kecil untuk ditempatkan di pendidikan khusus dan SMA.
c.      Peralihan ke TK
Meskipun pada awalnya adalah sebuah transisi dari lingkungan yang relatif bebas dirumah atau play group kesebuah “ sekolah sebenarnya” yang terstuktur, TK sudah mulai melakukan pembelajaran untuk menjadi modal saat memasuki SD nanti. Anak menghabiskan waktu yang lebih sedikit pada aktifitas yang dipilihnya dan lebih banyak waktu dihabiskan pada lembar tugas danpersiapan membaca.
Persiapan sebelum memasuki TK pun sangat perlu dilakukan. Mengapa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang berasal dari ekonomi yang baik cenderung lebih baik dalam matematika dan membaca karna didukung fasilitas yang ada di dalam rumah.
Penyesuaian sosial dan emosional adlah factor pentingdalam kesiapan masuk TK dan merupakan prediktor yang kuat terhadap keberhasialn di sekolah. Hal yang lebih penting disbanding dengan kemampuan berhitung dn membaca adalah kemampuan untuk duduk diam,mengikuti araha, menunggu giliran dan mengatur buku-bukunya sendiri.
Tingkat kemampuan anak menyesuaikan diri terhadap TK bergantung pada usia, gender, tempramen,kompentensi kognitif dan sosial dan kemampuan coping selain itu juga dukungan atau stress yang didapat dari rumah, lingkungan, dan sekolah.



BAB IV
PENUTUP


1.     Kesimpulan
Pada masa early childhood atau masa kanak-kanak awal, anak mengalami perkembangan baik pada pada fisik maupun kognitifnya. Pada perkembangan fisiknya terdapat perubahan dan pertumbuhan pada tubuhnya, nutrisi yang baik dalam pencegahan obesitas atau kegemukan, malnutrisi, kesehatan mulut si anak, pola tidur dan masalah-masalah tidur yang sering dialami anak-anak di masa kanak-kanak awal, perkembangan motorik,dan kesehatan serta keselamatannya.
Adapun perkembangan kognitif pada anak di masa kanak-kanak awal ini dijelaskan melalui beberapa pendekatan, seperti perkembangan kognitif menurut pendekatan Piaget dan pendekatan masuknya informasi berupa perkembangan ingatan. Kecerdasan juga merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang dijelaskan berdasarkan psikometrik dan pendekatan Vygotsky. Kemudian tentang perkembangan bahasa pada masa kanak-kanak awal, dan pendidikan yang diperoleh anak-anak di masa kanak-kanak awal.

2.     Saran
Pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penyusun menyarankan untuk membaca buku referensi lainnya agar pembaca lebih memahami tentang perkembangan fisik dan kognitif pada masa kanak-kanak awal.






 

DAFTAR PUSTAKA


Papalia
Lahey, Benjamin B..2007. Psychology: An Itroduction, Ninth Edition. New York: McGraw Hill
Hetherington, Ross D. Parke, Virginia Otis Locke, 1999. Child Psychology, Fifth Edition: McGraw Hill
King, Laura A..2007.psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif.New York: McGraw Hill
www.google.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar