Oleh:
KELOMPOK 8
RIYAN KURNIA (121301060)
KHADHRA ULFAH (121301062)
MELVA NAPITUPULU (121301064)
CLAUDIA GENEROSA (121301068)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS PSIKOLOGI
TAHUN AJARAN 2013/2014
MEDAN 2013
KATA
PENGANTAR
Puja
dan puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kami
keberkahan dan kemudahan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami ini yang berjudul “Perkembangan Fisik dan Kognitif pada Masa Early
Childhood”
Adapun
makalah ini kami buat guna untuk memenuhi nilai tugas kelompok pada mata kuliah
Psikologi Perkembangan I di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Pada
makalah ini berisi tentang perkembangan-perkembangan fisik dan kognitif yang
dibatasi hanya terjadi pada masa early childhood atau masa kanak-kanak awal. Aspek
perkembangan fisik yang terjadi pada masa early childhood juga meliputi perubahan
dan pertumbuhan pada tubuh anak, nutrisi pada anak yang meliputi pencegahan
obesitas atau kegemukan, malnutrisi, kesehatan
oral, pola dan masalah pada tidur, dan kemampuan motorik, serta
kesehatan dan keamanan pada anak.
Sedangkan perkembangan kognitifnya mengacu pada beberapa pendekatan terutama
pendekatan Piaget yaitu pada tahapan pra
operasional dan pendekatan proses masuknya informasi pada anak yang meliputi
perkembangan ingatan, intelegensi mengacu pada pendekatan psikometri dan
Vygotsky, perkembangan bahasa, dan perkembangan pendidikan pada masa early
childhood atau masa kanak-kanak awal.
Kami,
para penyusun makalah, menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan pada makalah ini baik dalam penyusunan pada makalah maupun
materi yang kami berikan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya
terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah psikologi perkembangan I sehingga
kami dapat melakukan perbaikan agar lebih baik lagi untuk makalah
selanjutnya. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Medan,
25 Februari 2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan
D.
Manfaat
BAB II LANDASAN TEORITIS
BAB III PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNITIF PADA MASA
EARLY
CHILDHOOD
A.
PERKEMBANGAN FISIK MASA
EARLY CHILDHOOD
1. Aspek
Perkembangan Fisik
a. Perubahan
dan Pertumbuhan Tubuh
b. Nutrisi
dalam Pencegahan Obesitas atau Kegemukan
c. Malnutrisi
d. Kesehatan
Mulut
e. Pola
dan Masalah Tidur
f. Kemampuan
motorik
2. Kesehatan
dan Keselamatan
a. Cedera
Akibat Kecelakaan dan Kematian
b. Kesehatan
dalam Konteks Pengaruh Lingkungan
B.
PERKEMBANGAN KOGNITIF
1. Pendekatan
Piaget: Tahap Praoperasional
a. Tahap
Prakonseptual
b. Tahap
Intuitif
c. Kemajuan-Kemajuan
Kognitif Masa Praoperasional
2. Pendekatan
Pemorsesan Informasi :
Perkembangan Ingatan (Memori)
a. Proses
Dasar dan Kapasitas Ingatan
b. Pengenalan
dan Mengingat Kembali
c. Pembentukan
Ingatan pada Anak-anak
d. Interaksi
Sosial, Budaya, dan Ingatan
3. Kecerdasan
Intelegensi: Psikometrik dan Pendekatan Vygotsky
a. Pengukuran
Psikometrik Tradisional
b. Pengaruh
pada Pengukuran Kecerdasan
c. Pengujian
dan Pengajaran Berdasarkan Teori Vygotsky
4. Perkembangan
Bahasa
a. Kosakata
b. Tata
Bahasa dan Sintaksis
c. Pragmatis
dan Pidato Sosial
d. Interaksi
Sosial dan Persiapan untuk Kemampuan Membaca
5. Pendidikan
pada Masa Kanak-Kanak Awal
a. Tujuan
dan Tipe dari Kelompok Bermain: Pandangan Lintas Budaya
b. Program
Pengimbangan Prasekolah
c. Peralihan
ke TK
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
manusia adalah pola kelanjutan dan perubahan yang terjadi pada setiap manusia
yang tidak dapat diulang selama perjalanan hidupnya. Perkembangan ini dapat
berupa perkembangan manusia secara fisik, kognitif atau berpikir, dan
perkembangan sosial-emosional. Perkembangan manusia adalah kunci terpenting
dalam memahami manusianya. Karena pada setiap tahap perkembangannya, manusia
meiliki batasan-batasan sebelum dia mencapai kesempurnaan baik secara fisik,
kognitif, dan hubungan sosialnya. Misalnya saja, pertanyaan atau pernyataan yang
biasa dapat menjadi sulit dimengerti bagi anak yang berumur 2 tahun yang
dikarenakan kognitif pada anak tersebut belum mencapai pada suatu tahap
tertentu. Maka dari itu, perkembangan manusia ini dapat dipelajari untuk dapat
memahami masalah si manusianya. Dan perkembangan manusia terutama pada tahap
masa kanak-kanak awal seharusnya sudah menjadi perhatian penting bagi orang tua
dalam mendidik anak. Karena pada masa kanan-kanak awal inilah dimulai
pembentukan karakter bagi anak.
Pada
makalah ini, pembahasan akan terfokus pada perkembangan fisik dan kognitif pada
anak di masa early childhood atau masa kanak-kanak awal. Perkembangan fisik
lebih mudah dikenali daripada perubahan kognitif. Hal demikian terjadi dikarenakan
perkembangan fisik dapat langsung dilihat dan diobservasi dengan adanya perubahan-perubahan
fisik pada si manusianya, seperti pertambahan tinggi badan, berat badan, dll.
Sedangkan pada perkembangan kognitifnya, tidak dapat diobsevasi secara langsung
jika tidak memahami teorinya terlebih dahulu. Padahal kognitif pada masa kanak-kanak
awal akan mengalami peningkatan perubahan yang besar daripada pada masa
sebelumnya.
Maka
dari itu, makalah ini akan menjelaskan secara lebih lanjut tentang perkembangan
fisik dan kognitif pada masa kanak-kanak awal.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
perubahan fisik pada anak-anak di masa kanak-kanak awal?
2. Nutrisi
yang bagaimanakah yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal?
3. Bagaimanakah
pola tidur anak di masa kanak-kanak awal?
4. Masalah
tidur apa yang biasa terjadi pada masa kanak-kanak awal?
5. Kemampuan
motorik apa yang terjadi pada masa kanak-kanak awal?
6. Bagaimanakah
perkembangan kognitif anak pada masa kanak-kanak awal dan batasan-batasannya?
7. Bagaimanakah
proses perkembangan ingatan pada anak di masa kanak-kanak awal?
8. Bagaimana
cara pengukuran kecerdasan pada masa kanak-kanak awal?
9. Bagaimanakah
perkembangan penggunaan bahasa bagi anak-anak pada masa kanak-kanak awal?
10.
Apakah tujuan yang
ingin dicapai pada anak-anak di masa kanak-kanak awal dalam bidang
pendidikannya?
11.
Bagaimana sikap anak
dalam menghadapi transisi ke TK?
12.
Bagaimana orangtua
menyikapi perubahan tersebut?
C.
Tujuan
Adapun
beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui perubahan-perubahan fisik apa saja yang terjadi pada anak di masa
kanak-kanak awal dari masa sebelumnya.
2. Untuk
mengetahui nutrisi dan gizi yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal.
3. Untuk
mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi pada pola tidur anak di masa
kanak-kanak awal.
4. Untuk
mengetahui perkembangan cara berpikir atau kognitif anak dari tahapan
sebelumnya.
5. Untuk
mengetahui batasan-batasan pemikiran pada anak di masa kanak-kanak awal.
6. Untuk
mengetahui perkembangan ingatan dan penggunaan bahasa pada anak di masa
kanak-kanak awal.
7. Untuk
mengetahui kecerdasan anak di masa kanak-kanak awal.
8. Untuk
mengetahui pendidikan yang dibutuhkan pada masa kanak-kanak awal.
9. Untuk
mengetahui bagaimana transisi anak sebelum memasuki sekolah TK.
D.
Manfaat
Manfaat
makalah ini secara umum adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang
perkembangan anak di masa kanak-kanak awal. Dan manfaat makalah ini secara
khusus adalah sebagai bentuk penilaian tugas bagi kami tim penyusun makalah.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Pada
masa kanak-kanak awal merupakan masa yang terjadi pada setiap manusia yang
mulai berumur dari 2 sampai 7 tahun. Masa ini merupakan masa penutup dari masa
bayi yaitu dari usia 2 minggu hingga 2 tahun. Masa kanak-kanak awal disebut
juga dengan masa pra sekolah atau masa sebelum bersekolah.
Perkembangan-perkembangan baik secara fisik, kognitif, maupun sosial banyak
terjadi di masa ini. Perkembangan fisik pada tahap ini cepat, tetapi tidak
secepat perkembangan fisik pada tahap sebelumnya. Biasanya anak pada tahap ini
mulai belajar berjalan dengan kakinya, mulai menggambar, melempar sesuatu, atau
memegang apa saja yang dilihatnya dengan tangannya. Gizi dan nutrisi pada anak
juga menjadi hal yang penting dalam pencegahan obesitas atau kegemukan pada
anak di masa kanak-kanak awal. Teror malam, berbicara atau berjalan sambil
tidur adalah salah satu gangguan tidur yang sering terjadi pada masa ini.
Kesehatan pada anak di masa ini selain dikarenakan oleh gizi dan nutrisi,
lingkungan juga berperan penting dalam menjaga kesehatan anak. Anak-anak yang berada
di lingkungan kumuh biasanya cenderung mengalami penyakit-penyakit seperti
diare, keracunan, dll.
Lain hal pada perkembangan kognitifnya, pada
perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal ini masih memiliki batasan-batasan dalam
cara berpikirnya. Begitu juga dalam hal mengingat, anak-anak biasanya dapat
mudah mengingat sesuatu dengan melalui strategi pengulangan, pengelompokan atau
pengorganisasian, ataupun strategi elaborasi. Interaksi sosial juga dapat
membantu daya ingat bahkan menjadi kunci pembentukan memori pada anak. Kemampuan
kognitif diiringi pula oleh tingkat kecerdasan anak. Pengujian kecerdasan yang
biasa dilakukan pada masa kanak-kanak awal atau pra sekolah adalah Standford-Binet
Intelligence Scales dan Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence. Tentu
saja kecerdasan anak dapat ditingkatkan melalui proses belajar. Dalam proses
belajar anak-anak di masa kanak-kanak awal ini menurut Vygotsky adalah dengan menginternalisasi
dari hasil interaksi dengan orang dewasa. Penggunaan bahasa juga menjadi dasar
dalam proses belajarnya. Dan pada akhir pada tahap ini, anak diharapkan sudah
mampu mengikuti jenjang pendidikan yaitu masa transisi ke TK.
BAB III
PERKEMBANGAN FISIK DAN
KOGNITIF
PADA MASA EARLY
CHILDHOOD
A.
Perkembangan
Fisik pada Masa Early Childhood
1.
Aspek
Perkembangan Fisik
Dalam
masa kanak-kanak awal terdapat beberapa aspek dalam perkembangan fisik,
diantaranya adalah:
a.
Perubahan
dan Pertumbuhan Tubuh
Perkembangan
fisik pada anak usia 3-6 tahun tumbuh lebih lambat dibandingkan pada masa
sebelumnya, namun masih dikategorikan sebagai perkembangan fisik yang cepat. Tinggi dan berat badan
adalah dua ukuran utama pertumbuhan secara keseluruhan. Tinggi badan sendiri ditentukan oleh faktor keturunan baik
ras, faktor gizi, kesehatan , jenis kelamin dan perbedaan individual. Selama masa kanak-kanak, tubuh anak akan mengalami
perubahan. Selain tinggi badan, berat badan pun dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti gizi, kesehatan, dan faktor individual.
Pada usia 3 tahun anak- anak
mulai kehilangan bentuk tubuh seperti bayi, mulai
mengerasnya otot perut, kedutan khas bayi mulai menghilang, tubuh, tangan, dan
kaki tumbuh semakin panjang dan kepala relatif tetap besar akan tetapi bagian
tubuh lainnya masih terus berusaha untuk menyusul. Pertumbuhan
otot dan rangka juga tumbuh secara cepat dan tulang rawan berubah menjadi
tulang dalam kecepatan yang lebih tinggi dari pada yang sebelumnya dan menjadi
keras yang melindungi organ-organ dalam.
b. Nutrisi dalam Pencegahan Obesitas
atau Kegemukan
Beberapa penelitian di beberapa negara telah
mengungkapkan bahwa nutrisi memegang peranan penting pertumbuhan fisik. Makanan
yang bergizi sangat mempengaruhi dalam pembentukan tulang, daya tahan tubuh,
dan kebutuhan nutrisi di dalam otak. Anak-anak yang menerima suplemen makanan
yang berlebih dapat menyebabkan kelebihan berat badan yang disebut obesitas.
Orang yang gemuk dan bertubuh besar
belum tentu dapat dikatakan sebagai orang
tersebut mengalami obesitas. Untuk mengetahui obesitas tidaknya seseorang, menurut
WHO ( 2010) dapat
diukur melalui Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI). BMI adalah suatu pengukuran yang membandingkan berat badan dengan tinggi
badan. Walaupun dinamakan indeks, BMI sebenarnya adalah nilai yang dinyatakan
sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam
meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar
30 atau lebih.
Adapun
rumus nya adalah:
BMI = 

dengan:
b = berat badan (kg)
BMI
|
Klasifikasi
|
< 18.5
|
Berat badan dibawah normal
|
18.5-24.9
|
Normal
|
25.0-29.9
|
Normal Tinggi
|
30.0-34.9
|
Obesitas Tingkat 1
|
35.0-39.9
|
Obesitas Tingkat 2
|
≥ 40.0
|
Obesitas Tingkat 3
|
t =
tinggi badan (meter)
Klasifikasi obesitas sendiri digolongkan
menjadi 3 kelompok yaitu:
- Obesitas
ringan : kelebihan berat badan 20-40%
- Obesitas
sedang : kelebihan berat badan 41-100%
- Obesitas
berat : kelebihan berat badan >100%
Pencegahan Obesitas dapat dilakukan dengan melakukan
pola makan yang sehat dan dapat dibantu oleh obat-obatan yang harus
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dokter, ataupun berolahraga dan
melakukan program diet yang aman dan terstruktur secara berkelanjutan.
c.
Malnutrisi
Sekitar setengah (46%) dari anak-anak di Asia Selatan,
30% sub-sahara Afrika, 8% di Amerika Latin dan Caribbean, dan 27% di seluruh
dunia mengalami kekurangan berat badan (UNICEF, 2002). Kebanyakan anak
yang kekurangan gizi biasanya hidup di lingkungan yang sangat kekurangan.
Mereka yang berasal
dari
keluarga yang tidak memiliki makanan yang cukup akan lebih mungkin untuk
mendapatkan hasil tes kemampuan aritmatika yang jelek, tidak naik kelas, harus
berkonsultasi ke psikolog, dan mengalami kesulitan untuk bergaul dengan
anak-anak lain (Alaimo, Olson, dan Frongillo, 2001).
Malnutrisi sering sekali disamakan dengan kurang gizi. Tetapi
sebenarnya malnutrisi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi
medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Istilah ini
sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi
(overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien
spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi
jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet
sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung
lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit,
dan infeksi.
d.
Kesehatan Mulut
Pada usia 3
tahun,semua gigi susu sudah berada pada tempatnya. Gigi pemanen yang mulai
muncul pada usia 6 tahun, sedang berkembang. Dengan demikian,
orang tua biasanya dapat dengan aman mengabaikan kebiasaan umum mengisap
ibu jari pada anak di bawah 4
tahun. Jika anak-anak berhenti
mengisap jempol atau
jari pada usia itu, gigi permanen
mereka tidak mungkin akan terpengaruh
(Herrmann & Roberts,
1987; Umberger & Van Reenen, 1995).
e.
Pola dan Masalah Tidur
Pola tidur akan
terjadi perubahan sepanjang masa pertumbuhan (Hoban, 2004; Iglowstein, Jenni,
Molinai, & Largo, 2003). Anak-anak pada masa kanak-kanak awal ini tidur
lebih lelap pada malam hari dibandingkan pada saat mereka lebih besar nantinya.
Kebanyakan anak-anak di U.S. memiliki rata-rata 11 jam waktu tidur di usia 5
tahun dan tidak melakukan tidur siang (Hoban, 2004).
Walaupun masih
berada pada masa kanak-kanak awal, mereka tetap mengalami masalah dalam tidur. Teror
malam adalah gangguan yang bisa muncul yang ditandai dengan terbangun tiba-tiba dari tidur nyenyak dalam keadaan agitasi (keresahan atau
kegelisahan). Berbicara dan berjalan pada saat tidur dan mimpi buruk juga
sering terjadi pada anak di masa kanak-kanak awal. Biasanya masalah dalam tidur
tersebut terjadi disebabkan aktivasi sistem kontrol motorik otak secara tiba-tiba (Hobson & Silvestri, 1999). Sedangkan pada mimpi
buruk, biasanya dapat disebabkan karena melihat acara televisi atau mendengar
cerita-cerita yang menyeramkan sebelum tidur.
Mengompol
juga menjadi masalah tidur bagi anak. anak usia ini biasanya mengenali
sensasi kandung kemih penuh saat tidur dan terbangun
untuk mengosongkannya di toilet.
Anak-anak yang mengompol tidak memiliki kesadaran tersebut. Dengan demikian,
peristiwa enuresis, berulang kali buang air kecil pada pakaian dan kasur,
teutama terjadi pada malam hari.
f. Kemampuan Motorik
Perkembangan
motorik merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengandalian gerak tubuh.
Ciri utama dari anak pada masa kanak-kanak awal adalah bergerak seperti
berlari, melompat, dll. Gerakan yang pertama dikenal sebagai keterampilan
gerakan kasar atau gross motor skills dan yang kedua adalah keterampilan
gerakan halus atau fine motor skills. Kedua macam gerakan ini memungkinkan anak
untuk bermain sepanjang waktu. Karena itu masa usia prasekolah disebut juga
sebagi masa bermain.
1.
Keterampilan Gerakan Kasar
Anak
usia prasekolah membuat perkembangan yang besar di keterampilan gerakan kasar. Contoh
keterampilan gerakan kasar adalah seperti melompat, berlari, memanjat, dll. Pengembangan daerah sensorik
dan motorik dari korteks serebral
memungkinkan koordinasi yang lebih baik
antara apa yang anak ingin lakukan dan apa
yang bisa mereka lakukan.karena tukang dan otot
mereka lebih kuat dan kapasitas paru-paru mereka lebih besar, mereka dapat
berlari, melompat, bahkan memanjat dengan lebih cepat dan jauh.
2.
Keterampilan Gerakan Halus
Keterampilan
gerakan halus ini tidak membutuhkan koordinasi otot yang besar. Contoh
keterampilan gerakan halus adalah seperti memasang kancing pada baju, menjahit,
menggambar, dan kegiatan lain yang melibatkan mata dan tangan dan koordinasi
otot yang kecil.
3.
Kecenderungan atau Kidal (Handedness)
Handedness
adalah kecenderungan untuk menggunakan satu tangan dari tangan yang lain.
Kecenderungan ini biasa terjadi pada usia 3 tahun. Dikarenakan belahan otak
sebelah kiri, yang mana mengatur bagian sebelah kanan tubuh, yang dominan,
biasanya orangnya lebih menyukai menggunakan tangan sebelah kanan. Pada orang
yang otaknya lebih simetris secatra fungsionalnya, belahan otak sebelah kanan
lebih mendominasi, maka orangnya akan lebih menyukai menggunakan tangan sebelah
kirinya (kidal). Laki-laki biasanya lebih cenderung menggunakan tangan kirinya
(kidal) daripada wanita.
2. Kesehatan dan Keselamatan
Karena penyebaran dan sosialisasi
yang baik pada program imunisasi dan vaksin, penyakit yang dulunya menjadi
penyakit utama pada anak-anak sekarang sudah mulai berkurang di negara industri
barat. Selain program kesehatan yang terus berkembang, pengaruh lingkungan
tetap berkontribusi besar dalam kesehatan pada anak-anak yang dapat menyebabkan
kematian.
a. Cedera Akibat Kecelakaan dan Kematian
Anak-anak pada masa kanak-kanak awal
cenderung berani dan tidak berhati-hati inilah yang menjadikan sangat sulit
untuk menjaga keselamatannya. Banyak kematian yang terjadi bukan karena
kurangnya nutrisi ataupun lingkungan yang tidak kondusif, tetapi karena kecelakaan
lalu lintas. Untuk mengurangi ini, diharapkan orang tua mampu mengawasi anak
sebaik mungkin dengan menggunakan alat pengaman jika berkendara, mendampingi
ketika hendak menyebrang jalan, dll.
b. Kesehatan dalam Konteks Pengaruh Lingkungan
Lingkungan memiliki peranan yang
sangat penting mengapa setiap anak memiliki kesehatan yang berbeda-beda.
·
Status Sosioekonomi dan Ras/Etnis
Sosioekonomi adalah kajian tentang
hubungan aktivitas ekonomi dan kehidupan sosial. Semakin
rendah status sosioekonomi suatu keluarga maka semakin besar resiko seorang
anak terhadap gejala penyakit dan kematian (Chen, Matthews, & Boyce, 2002).
Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung menderita penyakit
seperti kurang gizi, anemia, peristiwa keracunan, dll. Tetapi, anak yang
berasal dari keluarga yang tidak memiliki rumah memiliki masalah kesehatan yang
sangat tinggi diantara yang lainnya.
Akses untuk keperawatan kesehatan
yang berkualitas menjadi masalah tertentu bagi anak berkulit hitam dan latin,
terutama pada mereka yang miskin atau mendekati miskin (Flores et al., 2005).
·
Merokok, Polusi Udara, dan Penggunaan Pestisida yang
Berbahaya
Merokok
juga salah satu faktor yang menyebabkan kematian karena dari pengaruh lingkungan
orang tuanya yang merokok. Perokok pasif atau orang yang menghirup asap rokok,
justru memiliki tingkat resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan si
perokok. Penyakit yang bisa diderita termasuk penyakit pnemonia,bronkis, penyakit infeksi serius,
asma, dll.
Polusi
udara juga merupakan salah satu yang menyebabkan kematian pada manusia. Begitu
juga dengan penggunaan pestisida yang berlebihan dapat berujung pada kematian.
B.
Perkembangan
Kognitif
Selain
perkembangan fisik, anak-anak pada masa kanak-kanak awal juga mengalami
perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif ini meliputi perkembanagn kognitif
dengan pendekatan Piaget, pendekatan pemorsesan Informasi dengan perkembangan
ingatan (memori), kecerdasan intelegensi diukur dengan psikometrik dan pendekatan
Vygotsky, serta pendidikan pada anak di masa kanak-kanak awal.
1.
Pendekatan
Piaget: Tahap Praoperasional
Salah
satu teori perkembangan kognitif yang paling penting adalah teori yang
dikemukakan scientist Swiss yang terkenal yaitu Jean Piaget. Piaget membedakan
4 masa utama dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu:
Ø Masa
Sensorimotor (lahir-2 tahun)
Ø Masa
Praoperasional (2-7 tahun)
Ø Masa
Operasional Konkret (7-11 tahun)
Ø Masa
Operasional Formal (11-selanjutnya)
Menurut
Piaget, masa kanak-kanak awal telah mencapai masa praoperasional. Ciri utama
dari tahap preoperasional adalah fungsi simbolis pada anak, atau kemampuan
untuk menggunakan simbol seperti kata-kata, gambar, dan gerakan, untuk
mewakilkan objek dan kejadian yang terjadi di dalam dunianya. Kemampuan ini
untuk mewakili pengalaman secara
simbolik yang berlanjut dan berkembang
ke dalam dua sub-tahap pada periode ini, yaitu tahap prakonseptual dan tahap
intuitif. Pada tahap prakonseptual, munculnya fungsi simbolik terlihat pada
perkembangan dalam bahasa yang cepat, bermain yang bersifat imajinatif, dan
peningkatan penggunaan imitasi.
Sedangkan pada tahap intuitif, fungsi simbolis diwujudkankan pada
perubahan dalam proses berpikir termasuk hal-hal seperti pemahaman hubungan
sebab akibat, angka-angka, dan klasifikasi. Semua perilaku ini menunjukkan
bahwa anak dapat memproduksi simbol mental
yang memediasi penampilannya.
Salah satu
perkembangan terbesar pada anak di tahap preoperational adalah pengenalan dari
bahasa. Menurut Piaget, pengenalan dari
bahasa adalah perkembangan anak dari
fungsi simbolik yang
memungkinkan dirinya untuk
memperoleh kemampuan bahasa begitu
cepat. Proses simbolik pada bahasa juga muncul pada saat anak bermain secara
imajinatif. Dengan misalnya mengatakan ‘toot...tooot..’ saat kereta api sedang
lewat.
Pada
tahap prakonseptual dari periode praoperational Piaget memiliki ciri utama
khususnya yaitu cara berfikir
egosentrisme. Sedangkan pada tahap intuitif, dinamakan demikian karena selama
periode ini, walaupun mereka dapat menggunakan operasi mental tertentu dalam
pemecahan masalah, anak-anak preoperational tidak dapat menjelaskan
prinsip-prinsip operasi yang
mendasari mereka telah gunakan.
a.
Tahap
Prakonseptual (2-4 tahun)
Tahap ini
disebut juga dengan tahapan fungsi simbolis. Pada tahap ini biasanya anak-anak
tidak memberikan isyarat sensorik atau motorik untuk berpikir tentang suatu hal
tetapi dengan membayangkan secara mental suatu objek yang mereka inginkan yang
objeknya sendiri tidak ada. Kemampuan tersebut disebut dengan fungsi simbolis. Simbol-simbol dapat
membantu anak-anak untuk berpikir dan mengingat benda-benda yang sebenarnya
tidak ada. Contohnya adalah Rani ingin dibelikan boneka yang dilihatnya kemarin
di Mall.
Pada
tahap ini pertumbuhan dalam penggunaan bahasa sangatlah besar. Dari usia 2
tahun kosakata seorang anak dalam berbicara sekitar 300 kata , pada usia 6
tahun anak-anak dari manapun bisa mencapai lebih dari 14.000 kata, dan 60.000
kata pada usia 18 tahun. Ini berarti anak-anak harus belajar rata-rata 10
kosakata baru setiap harinya dari usia 2 sampai 18 tahun (Bornstein &
others, 2004; Ganger & Brent, 2004). Pada saat bermain secara
imajinatif atau pretend play, anak-anak
membayangkan suatu objek sebagai boneka ataupun manusia dan bermain dengan
objek tersebut.
Pada tahap
prakonseptual ini, anak-anak dicirikan dengan beberapa karakteristik
diantaranya yaitu:
a. Animisme
Hal biasa bagi
anak-anak pada tahap ini mempercayai bahwa bulan adalah hidup dan mengikuti
ketika mereka berjalan atau mengendarai mobilnya. Kecenderungan anak-anak
mengatributkan kehidupan pada benda mati inilah yang disebut dengan animisme. Namun pada umur 3 dan 4
tahun, peneliti menemukan bahwa anak-anak pada usia tersebut dapat membedakan
mana benda yang mati dan yang hidup (Gelman, Spelke, & Meck, 1983).
b. Egosentrisme
Salah
satu ciri pemikiran pada tahap
preoperational adalah centration atau
sentrasi, yaitu kecenderungan yang hanya berfokus pada satu keadaan hanya
pada satu dimensi dari objek atau situasi dan mengabaikan yang lain. Pada tahap
ini anak-anak juga tidak dapat berfikir beberapa hal dalam satu waktu, yaitu
dikenal dengan istilah decenter.
Decenter inilah yang menyebabkan anak-anak pada masa kanak-kanak awal sering
menyimpulkan hal-hal yang bersifat tidak logis.
Salah
satu wujud dari centration dan menjadi juga menjadi ciri utama pada masa
kanak-kanak awal (preoperational) adalah egosentrisme. Banyak yang salah
mengartikan kata egosentrisme sama dengan sifat egois. Namun pengertian
tersebut salah. Egosentrisme yang
dimaksud disini adalah sifat dimana anak praoperational hanya berpusat pada
sudut pandangnya atau prespektifnya saja dan tidak mampu mempertimbangkan atau
memikirkan dari sudut pandang orang lain.
Untuk
menguji kemampuan anak untuk melihat dari perspektif orang lain, Piaget
mendesain penelitian yang dikenal dengan the
three-mountain task atau tugas tiga gunung. Dimana si anak duduk di depan
meja menghadap tiga tumpukan tanah yang berbentuk gunung dengan ukuran yang
bervariasi. Kemudian sebuah boneka ditempatkan di kursi yang berhadapan dengan
sang anak. Para periset kemudian menanyakan kepada anak tersebut apa yang
dilihat oleh si boneka. Piaget menemukan bahwa, biasanya si anak akan
menjawabnya dengan mendeskripsikan gunung tersebut dari sudut pandangnya saja.
Piaget melihat hal ini sebagai bukti bahwa anak praoperasional tidak dapat
membayangkan berbagai sudut pandangan yang berbeda (Piaget & Inhelder,
1967).
b.
Tahap
Intuitif (4-7 tahun)
Tahap
ini disebut juga tahap pemikiran intuitif. Piaget menyebut tahap kedua dari
periode praoperasional dengan ‘intuitif’
karena, walaupun anak yang berumur diantara 4 dan 7 tahun dapat menggunakan
operasi mental tertentu seperti mengklasifikasi, menghitung, mengukur, atau
keterkaitan antar benda atau hubungan sebab-akibat. Mereka dapat memecahkan
masalah, namun tidak dapat menjelaskan masalah mengapa mereka memecahkan
masalah dengan jalan atau cara tersebut. Dan anak-anak pada tahap ini begitu
yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka akan suatu hal, padahal mereka
belum begitu tahu bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Mereka
mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran yang rasional, logis, dan objektif. Kesalahan-kesalahan
dalam penalaran hubungan sebab-akibat yang dibuat oleh anak-anak preoperational
ini disebut dengan penalaran transduktif.
Adapun
pada tahap ini, terdapat beberapa batasan cara berpikir bagi anak-anak pada
masa praoperasional. Misalnya saja konservasi.
Menurut Piaget, konservasi adalah kesadaran pada anak tahap preoperasional
bahwa dua objek adalah sama dengan merujuk kepada ukuran tertentu dan akan
tetap sama di hadapan perubahan perseptual selama tidak ada yang ditambahkan
atau ditanggalkan. Salah satu tes pengetahuan
anak praoperasional tentang konservasi yang
paling sering digunakan adalah dengan melibatkan
mengubah wadah pada
cairan yang dituang kedalam wadah.
Dalam percobaan ini, peneliti menunjukkan dua gelas mirip yang berlingkaran
lebar dan pendek yang keduanya diisi dengan jumlah air yang sama, dan kemudian
si anak melihat peneliti menuangkan air pada salah satu gelas yang berlingkaran
lebar dan pendek tadi ke dalam satu gelas yang berukuran kecil dan tinggi.
Kemudian peneliti bertanya gelas manakah yang mengandung air lebih banyak,
kemudian si anak menunjuk ke arah gelas yang berukuran berlingkaran kecil dan
tinggi. Tanyalah jika ada yang ditambahkan atau diambil dari gelas, si anak akan
mengatakan ‘tidak’ tapi masih akan bersikeras bahwa mereka
sekarang mengandung jumlah air
yang berbeda. Anak yang demikian
telah gagal untuk mengkonservasikan
jumlah cairan pada gelas, mereka hanya
berfokus pada perubahan yang ia telah amati dalam
tinggi dan lebar dari air bukan pada jumlah
konstan air pada gelas tersebut.
Piaget
juga mengatakan bahwa kemampuan kognitif pada anak di tahap praoperasional
dicirikan oleh tiga batasan yang paling penting yang dekat hubungannya dengan
egosentrisme, yaitu:
·
Ketidakmampuan untuk
memahami konsep reversibilitas.
·
Kecenderungan untuk
fokus pada keadaan akhir dari suatu tindakan atau tugas daripada sarana
atau arti dari keadaan akhir.
·
Sentrasi
Namun,
yang paling penting diantara ketiga batasan diatas menurut Piaget adalah
ketidakmampuan anak untuk mengerti konsep reversibilitas
atau konsep pembalikan. Misalnya 2 + 3, si anak mampu menjawab 5, tetapi jika
dibalik misalnya 3 + 2 atau 5 – 3, si anak tidak mampu menjawabnya dengan
benar.
Anak-anak
pada tahap ini juga mengalami ketidakmampuan dalam membedakan antara fantasi
dan kenyataan dan antara penampilan dan ralitas. Dalam membedakan antara
fantasi dan kenyataan, anak-anak yang berusia diantara 18 bulan dan 3 tahun,
sudah mulai belajar membedakan antara peristiwa nyata dan khayalan. Anak 3
tahun sudah dapat mengetahui perbedaan anjing yang nyata dan anjing yang ada
dalam mimpi, dan antara sesuatu yang tidak tampak (seperti udara) dan sesuatu
yang bersifat imajiner. Mereka dapat berpura-pura dan mengetahui ketika orang
lain mulai berpura-pura (Flavell et al., 1995). Ketidakmampuan dalam membedakan
antara penampilan dan realitas juga terjadi pada anak-anak praoperasional.
Menurut Piaget, baru pada usia 5 atau 6 tahun, seorang anak dapat membedakan
antara yang tampaknya dan apa benda
tersebut sebenarnya. Tetapi beberapa
studi mengungkapkan bahwa kemampuan ini mulai muncul sebelum usia 4 tahun
(Friend & Davis, 1993; C. Rice, Koinis, Sullivan, Tager-Flusberg, &
Winner, 1997).
c.
Kemajuan-Kemajuan
Kognitif Masa Praoperasional
Adapun
kemajuan-kemajuan kognitif sepanjang usia kanak-kanak awal (praoperasional)
yaitu:
1. Kemajuan
menggunakan simbol
Kemajuan
menggunakan simbol ini dapat membantu anak-anak untuk berpikir dan
mengingat benda-benda yang sebenarnya tidak ada pada saat itu. Anak-anak tidak
harus berada dalam kondisi kontak langsung sensorimotoriknya dengan si objek
untuk memikirkan hal tersebut.
2. Memahami
identitas
Dalam
memahami identitas, biasanya anak akan mengenal atau memahami identitas
seseorang yang dekat dengannya, misalnya orang tua, guru, dll. Anak-anak mulai
memahami bahwa perubahan penampilan atau perubahan di permukaan tidak mengubah
seseorang tersebut. Misalnya gurunya yang
memakai baju olahraga. Anak akan mengenal bahwa orang tersebut adalah
gurunya, hanya saja menggunakan pakaian yang berbeda dari biasanya.
3. Memahami
hubungan sebab-akibat
Dalam
memahami hubungan sebab-akibat, anak-anak pada tahap praoperasional hanya
mengetahui bahwa setiap kejadian memiliki sebab. Namun penalaran
sebab-akibatnya belum bersifat logis dan objektif.
4. Mampu
mengklasifikasi atau mengkategorikan
Pengkategorian
atau klasifikasi pada anak-anak di tahap praoperational biasanya berdasarkan
persamaan dan perbedaan diantara objek-objek yang ada. Anak-anak yang berumur 4
tahun biasanya dapat mengklasifikasikannya ke dalam dua kriteria, seperti yang
sama warnanya dan bentuk atau ukurannya. Sedangkan dalam pengkategorian,
anak-anak menggunakannya dalam aspek kehidupannya yang berkaitan dengan
implikasi psikososial, seperti membedakan orang yang baik , jahat, dll.
5. Memahami
angka
Pemahaman
angka pada anak-anak preoperational berbeda-beda. Seberapa cepat anak dapat
memahami angka dan berhitung tergantung pada seberapa besar penggunaan angka di
kebudayaan masing-masing dan di sekolah (Naito & Miura, 2001).
2.
Pendekatan
Pemorsesan Informasi: Perkembangan Ingatan (Memori)
Di
masa kanak-kanak awal, kemampuan anak dalam perhatian dan efisiensi memproses informasi mulai meningkat. Mereka
mulai membentuk ingatan jangka panjang. Tetapi dibandingkan dengan orang yang
lebih tua, tentu saja ingatan anak yang muda kalah. Orang yang lebih tua dapat
mengingat lebih panjang dari anak yang lebih muda. Hal ini disebabkan karena
orang yang lebih tua biasanya berkonsetrasi pada intisari apa yang terjadi
sedangkan anak kecil atau orang yang lebih muda cenderung lebih terfokus pada
detail pasti dari sebuah kejadian yang biasanya paling mudah dilupakan ditambah
dengan pengetahuan mereka yang lebih sedikit mengenai dunia.
a.
Proses
Dasar dan Kapasitas Ingatan
Para
ahli menganggap bahwa ingatan itu seperti sebuah sistem kearsipan yang meiliki
3 tahapan, yaitu:
1.
Encoding
(pengodean)
Suatu proses dimana informasi
disiapkan untuk penyimpanan jangka panjang dan pengambilan kembali dimasa yang
akan datang.
2.
Storage (penyimpanan)
Penyimpanan informasi dalam ingatan untuk
penggunaan dimasa depan.
3.
Retrieved
(pengambilan kembali)
Proses dimana informasi di akses dan
dipanggil kembali dari penyimpanan memori.
Walaupun
efisiensi dari setiap sistim berbeda-beda, cara bagaimana otak menyimpan
informasi dianggap universal. Otak memiliki 3 gudang yaitu ingatan sensorik,
ingatan kerja, dan ingatan jangka panjang.
Ingatan sensorik (sensory memory) adalah suatu tempat penyimpanan sementara dari informasi sensorik yang masuk. Ingatan ini mempunyai sedikit perubahan dari masa bayi, yang jika tanpa adanya pemrosesan, maka ingatan ini akan hilang begitu saja. Ingatan kerja (working memory) adalah suatu penyimpanan jangka pendek untuk informasi yang sedang digunakan seseorang dimana seseorang tersebut berusaha untuk memahami, mengingat atau memikirkan sesuatu. Pertumbuhan ingatan kerja memungkin kan perkembangan fungsi eksekutif, merencanakan dan melakukan aktivitas mental yang memiliki tujuan. Perkembangan fungsi eksekutif pada masa anak-anak terlihat dalam kompleksitas aturan-aturan yang dibuat dan digunakan anak dalam memecahkan masalah. Menurut model yang digunakan secara umum, Pusat Eksekutif (central executive) mengendalikan operasi dari ingatan jangka pendek. Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah sebuah penyimpanan dengan kapasitas hampir tidak terbatas yang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang sangat lama. Pusat Eksekutif yang kelihatan matang pada usia 8 sampai 10 tahun memerintahkan informasi yang sudah dikodekan di pindahkan ke ingatan jangka panjang dan kemudian mengambil kembali informasi dari ingatan jangka panjang untuk memrosesan lebih lanjut.
Ingatan sensorik (sensory memory) adalah suatu tempat penyimpanan sementara dari informasi sensorik yang masuk. Ingatan ini mempunyai sedikit perubahan dari masa bayi, yang jika tanpa adanya pemrosesan, maka ingatan ini akan hilang begitu saja. Ingatan kerja (working memory) adalah suatu penyimpanan jangka pendek untuk informasi yang sedang digunakan seseorang dimana seseorang tersebut berusaha untuk memahami, mengingat atau memikirkan sesuatu. Pertumbuhan ingatan kerja memungkin kan perkembangan fungsi eksekutif, merencanakan dan melakukan aktivitas mental yang memiliki tujuan. Perkembangan fungsi eksekutif pada masa anak-anak terlihat dalam kompleksitas aturan-aturan yang dibuat dan digunakan anak dalam memecahkan masalah. Menurut model yang digunakan secara umum, Pusat Eksekutif (central executive) mengendalikan operasi dari ingatan jangka pendek. Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah sebuah penyimpanan dengan kapasitas hampir tidak terbatas yang menyimpan informasi untuk jangka waktu yang sangat lama. Pusat Eksekutif yang kelihatan matang pada usia 8 sampai 10 tahun memerintahkan informasi yang sudah dikodekan di pindahkan ke ingatan jangka panjang dan kemudian mengambil kembali informasi dari ingatan jangka panjang untuk memrosesan lebih lanjut.
b.
Pengenalan
dan Ingatan
Pengenalan
(recognition) adalah kemampuan untuk mengidentifikasikan stimulus yang telah
ditemukan sebelumnya. Ingatan (recall) adalah kemampuan untuk memproduksi
kembali materi dari memori. Contohnya kanak-kanak lebih siap dalam mengenali
sarung tangan yang hilang dalam kotak barang daripada mengingat rupa sarung
tangan yang hilang. Pengenalan dan mengingat merupakan bentuk memori eksplisit
dimana kedua kemampuan tersebut berkembang sesuai usia. Semakin akrab seseorang
terhadap suatu informasi maka akan semakin cepat ia mengingatnya. Ingatan juga
tergantung pada motivasi dan strategi yang digunakan oleh anak untuk
meningkatkannya.
Anak-anak cenderung tidak berhasil dalam menggunakan strategi mengingat bahkan strategi yang mereka ketahui (kecuali diingatkan kembali). Anak yang lebih tua yang biasanya lebih efisien menggunakan strategi ingatan yang spontan.
Anak-anak cenderung tidak berhasil dalam menggunakan strategi mengingat bahkan strategi yang mereka ketahui (kecuali diingatkan kembali). Anak yang lebih tua yang biasanya lebih efisien menggunakan strategi ingatan yang spontan.
c.
Pembentukan
Ingatan Masa Kanak-kanak
Ingatan
pada anak kecil biasanya terjadi jika kejadian tersebut memiliki kesan yang
kuat, sangat jarang terjadi karena disengaja. Terdapat 3 jenis ingatan masa
kanak-kanak yang memiliki fungsi berbeda :
·
Ingatan
generik (generic memory)
Dimulai
dari umur 2 tahun, menghasilkan naskah(script) rutinitas yang familiar
digunakan sebagai panduan perilaku. Contohnya seorang anak bisa saja mempunyai
script untuk berjalan kaki ke sekolah atau makan siang di rumah paman.
·
Ingatan
Episodis (episodic memory)
Mengarah
kepada kesadaran akan pengalaman tertentu yang terjadi pada waktu dan tempat
tertentu. Anak-anak biasanya mengingat lebih baik peristiwa yang unik atau baru
bagi mereka. Anak yang berusia 3 tahun mungkin lebih mengingat detail menonton
badut selama setahun atau lebih sedangkan ingatan generik mengenai hal yang
biasa seperti makan siang di rumah paman, cenderung melebur mengabur. Berhubung
terbatasnya ingatan anak, ingatan episodic bersifat sementara. Kecuali
peristiwa tersebut berlangsung berulang kali, mereka akan bertahan beberapa
minggu atau bulan lalu kemudian menghilang.
·
Ingatan
otobiografis (autobiographical memory)
Ingatan
inilah yang membentuk sejarah hidup seseorang. Ingatan ini bersifat spesifik
dan bertahan lama atau jangka panjang.
Ingatan otobiografis adalah sebuah jenis ingatan episodik tetapi tidak
semua ingatan episodik menjadi bagian dari ingatan ini. Bagi kebanyakan orang,
ingatan otobiografis dapat kembali sampai usia 3 atau 4 tahun, tetapi beberapa
orang dewasa dapat mengingat mulai usia 2 tahun bahkan ada yang tidak bisa
mengingat apapun sebelum usia 8 tahun. Munculnya ingatan biografis berhubungan
dengan perkembangan bahasa. Ketika anak dapat mengungkapkan ingatan dalam
kata-kata, baru mereka dapat menyimpan dalam pikiran dan kemudian merefleksikan
kejadian tersebut dan membandingkannya dengan ingatan lain. Ada beberapa faktor
kenapa sebagian ingatan dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan yang
lain. Faktor yang pertama adalah unik atau tidaknya kejadian. Yang kedua adalah
partisipasi aktif anak dalam kejadian itu sendiri seperti menceritakan kembali
ataupun melakukan kembali. Faktor ketiga adalah berbicara dengan ibu mereka
mengenai kejadian masa lalu. Menurut penelitian, anak-anak yang berusia 2
setengah sampai 3 tahun akan mulai melakukan permainan masak-masakan dengan
ibunya, kemah-kemahan, dsb. Anakyang melakukan bersama-sama dan kemudian
berdiskusi dengan ibunya mengenai hal yang berkaitan dengan ini akan dapat
mengenang dengan lebih baik 1 sampai 3 hari kemudian dibandingkan anak yang
hanya melakukan atau mendiskusikan hal tersebut. Cara orang dewasa berbicara
dengan anak tentang pengalaman bersama
dapat memengaruhi seberapa baik si anak mengingatnya.
d.
Interaksi
Sosial, Budaya, dan Ingatan
Interaksi
sosial membantu anak dalam mengingat dan juga menjadi kunci dalam pembentukan
ingatan. Teori sosiokultural Vygotsky mengemukakan bahwa model interaksi sosial
yang menampung ingatan otobiografis yang dibangun secara kolaboratif dengan
orangtua atau orang dewasa lain ketika mereka membicarakan kejadian-kejadian
yang dialami bersama.
Budaya memengaruhi apa yang diingat oleh anak mengenai sebuah kejadian yang juga dipengaruhi oleh cara orangtua berbicara dengan mereka mengenai hal itu.
Budaya memengaruhi apa yang diingat oleh anak mengenai sebuah kejadian yang juga dipengaruhi oleh cara orangtua berbicara dengan mereka mengenai hal itu.
3.
Kecerdasan
Intelegensi: Psikometrik dan Pendekatan Vygotsky
Kecerdasan
merupakan salah satu faktor yang mungkin berpengaruh pada seberapa awal seorang
anak mengembangkan bahasa dan memorinya.
a.
Pengukuran
Psikometri Tradisional
Pada
abad ke-20, Alfred Binet dan Theodore Simon mengembangkan tes psikometrik yang
sekarang digunakan untuk anak dari berbagai tingkat kemampuan, yang mengukur
kecerdasan dengan angka. Usia 3-5 tahun lebih mahir dalam berbahasa daripada
anak yang lebih muda. Oleh karena itu tes yang diberikan pada kelompok ini
meliputi item verbal yang lebih banyak dan tes ini memberikan hasil yang lebih
bagus dibandingkan tes non verbal yang diberikan untuk anak pada masa bayi.
Anak prasekolah lebih mudah di tes daripada bayi dan baduta. Terdapat dua jenis
tes individu yang digunakan untuk anak pra-sekolah, yaitu Stanford-binnet intelligence scale dan Wechsler preschool and primary scale of intelligence.
Stanford-Binnet
Intelligence Scale adalah versi Amerika dari tes
binnet-simon tradisional. Tes ini memakan waktu sekitar 30-40 menit. Pada tes
ini, anak diminta untuk mendefinisikan kata-kata, mengidentifikasi bagian
gambar yang hilang, menyusun manik-manik, dan menunjukkan pemahaman terhadap
angka-angka. Skor anak dianggap sebagai kemampuan penalaran yang cair,
pengetahuan, penalaran kuantitatif, pemomresan visual-spasial dan ingatan
jangka pendek.
Wechsler
Preschool and Primary Intelligence, Revised (WPPSI-III)
adalah sebuah tes kecerdasan individual untuk anak berusia 2,5-7 tahun untuk
menghasilkan skor verbal dan kinerja, selain sebuah skor gabungan. Baik
Stanford-Binnet dan WPPSI-III telah distandardisasi ulang menggunakan sampel
anak-anak yang mewakili populasi usia pra-sekolah di Amerika Serikat. Tes ini
juga divalidasi untuk populasi khusus seperti keterlambatan perkembangan,
kelainan bahasa, kesulitan intelektual, dan kelainan autistic.
b.
Pengaruh
pada Pengukuran Kecerdasan
Ada
suatu paham yang menyatakan bahwa skor IQ mewakili sebuah kuantitas kecerdasan
yang tetap sejak lahir. Terjadi kesalahpahaman pada pernyataan tersebut.
Nyatanya, skor IQ hanya merupakan pengukuran seberapa baik seorang anak dalam
melakukan tugas-tugas tertentu pada waktu tertentu. Baik tidaknya seorang anak
dalam melakukan tes IQ dipengaruhi oleh beberapa faktor:
-
Temperament
-
Kematangan sosial dan
emosional
-
Suasana tes yang santai
-
Sudah memiliki atau
belum memiliki kemampuan membaca
-
Status sosial ekonomi
-
Etnis/budaya
-
Kesesuaian antara gaya
kognitif anak dengan tugas yang dihadapi
Ada waktu dimana
ilmuwan mempercayai bahwa lingkungan keluarga berperan besar terhadap
kecerdasan anak. Kita tidak bisa mengetahui seberapa besar pengaruh orangtua
terhadap kecerdasan datang dari kontribusi genetik dan seberapa banyak yang
datang dari seberapa besarnya mereka memberikan lingkungan yang mendukung
pembelajaran awal anak. Dalam sebuah penelitian longitudinal terhadap anak-anak
Afrika-Amerika dari keluarga berpenghasilan rendah, pengaruh lingkungan rumah
tetap substansial, setidaknya sama besarnya dengan pengaruh tingkat IQ dari
ibu. Situasi ekonomi keluarga dapat menghasilkan pengaruh yang luar biasa
tetapi pengaruh tersebut tidak sebanyak pengaruhnya terhadap praktik pengasuhan
dan atmosfer rumah. Pendapatan keluarga dihubungkan dengan perkembangan
kognitif dan prestasi dimasa pra-sekolah dan juga setelahnya. Meskipun
demikian, temperamen anak yang nyaman bersama dengan kehangantan ibu dan
aktivitas-aktivitas yang menstimulasi dirumah dapat menjadi faktor pelindung
(mungkin dipengaruhi IQ orangtua)
c.
Pengetesan
dan Pengajaran Berdasarkan Teori Vygotsky
Menurut
Vygotsky, kecerdasan tumbuh dengan cara berinteraksi dengan lingkungan.
Pembelajaran interaktif ini paling efisien dalam membantu anak melewati Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu
istilah Vygotsky untuk kesenjangan antara apa yang bisa dilakukan sendiri oleh
anak dan apa yang bisa dilakukan anak dengan bantuan orang lain. Meskipun
demikian, dengan panduan yang sesuai mereka dapat melakukannya dengan sukses.
ZPD dapat diukur dengan menggunakan tes dinamis, dimana menurut teori Vygotsky
memberikan pengukuran yang lebih baik terhadap potensi intelektual anak
dibandingkan dengan tes psikometri tradisional. Beberapa pengikut Vygotsky
telah mengaplikasikan sebuah metafora mengenai perancah atau scaffold terhadap cara pengajaran ini. Scaffolding adalah dukungan sementara untuk membantu anak
menguasai sebuah tugas. Dukungan ini dapat diperoleh dari orangtua, guru, dan
orang dewasa lainnya. Scaffolding merupakan teknik yang efisien untuk memandu
kemajuan kognitif anak. Dengan membuat anak bisa menjadi lebih sadar dan
memantau proses-proses kognitifnya sendiri serta menyadari kapan mereka
membutuhkan bantuan, orangtua dapat membantu anak mengambil tanggung jawab
untuk belajar.
4.
Perkembangan
bahasa
Anak
baru sekolah biasanya memiliki banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada orang
dewasa. Pertanyaan itu adalah pertanyaan-pertanyaan lugu yang kadang orang
dewasa pun bingung menjawabnya. Pertanyaan itu seperti “ siapa yang mengisi air
di sungai?”. Fasilitas bahasa yang berkembang dari anak membantu mereka
mengekspresikan pandangan unik mereka mengenai dunia.
e. Kosakata
Pada
umumnya anak berusia 3 tahun rata-rata mengetahui 900 sampai 1000 kata. Pada
usia 6 tahun , anak biasanya memiliki kosakata ekspresif ( yang bisa diucapkan
) sekitar 2600 kata. Menurut Owens (1996) mengatakan bahwa dengan adanya bantuan
sekolah formal, kosakata pasif atau reseptif anak ( kata-kata yang bisa ia
pahami ) akan bertambah menjadi 80.000 kata ketika ia memasuki SMA.
Perluasan
kosakata mungkin terjadi akibat pemetaan cepat ( fast mapping), yang memungkinkan anak untuk mengambil sebuah hipotesis yang cepat
mengenai arti sebuah kata yang baru didengarnya. Kemudian hipotesis mengenai
arti sebuah kata itu kemudian akan diperbaiki seiring dengan makin seringnya
kata itu didengar atau digunakan.
Sebuah
eksperimen menunjukkan bahwa seorang anak yang berusia sedikit di bawah 3 tahun
mampu melakukan fast mapping terhadap
kata kerja yang baru dan mengaplikasikannya dalam situasi lain di mana sebuah
tindakan yang sama dilakukan.Perkembangan teori tentang pikiran yaitu
peningkatan kemampuan untuk memahami keadaan mental oranglain , sepertinya
memiliki peran dalam pembelajaran kosakata.
f.
Tata
Bahasa dan Sintaksis
Pada
masa kanak-kanak awal, anak mulai menggabungkan suku kata menjadi kata, dan
kata menjadi kalaimat yang tumbuh lebih kompleks. Pada usia 3 tahun, anak
biasanya mulai menggunakan bentuk jamak, kata ganti kepemilikkan, bentuk
lampau, serta mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Kalimat mereka
biasanya pendek dan sederhana.
Anak
antara usia 4-5 tahun, kalimat yang digunakan rata-rata terdiri dari 4 atau 5
kata dan biasanya berbentuk deklaratif, negatif (“saya tidak haus”.)
interogatif (“kenapa saya tidak boleh main diluar?”) atau imperative (“ambil
bukunya!”). Anak berusia 4 tahun menggunakan kalimat kompleks dan multiklausal
(“Saya minum karena saya haus”) dan akan semakin sering jika orangtua mereka
juga menggunakan kalimat yang seperti ini. Anak usia ini juga cenderung
membentuk kalimat dlam bentuk narasi panjang yang menggunakan kata “lalu”.
Pada
usia 5-7 tahun, perkataan anak sudah mulai mirip dengan orang dewasa. Mereka
berbicara dalam kalimat panjang dan kompleks,mereka juga mulai memahami setiap
bagian kalimat. Namun walaupun mereka dapat berbicara dengan lancer, dapat
dipahami, dan dengan tata bahasa yang baik mereka belum menguasai seluk beluk
bahasa. Mereka jarang menggunakan bentuk pasif, kalimat kondisional, atau kata
kerja auxiliary.
g.
Pragmatik
dan Perkataan Sosial
Anak
yang belajar kosakata, tata bahasa, dan sintaks, mereka menjadi lebih kompeten
dalam hal pragmatik. Pragmatik itu
sendiri adalah pengetahuan praktis mengenai cara menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi. Dalam konteks ini adalah untuk mengetahui bagaimana bertanya
tentang sesuatu, menceritakan lelucon, memulai dan melanjutkan percakapan, dan
menyesuaikan tanggapan dan sudut pandang pendengar. Ini semua adalah
aspek-aspek dari perkataan social yang gunanya adalah untuk dipahami oleh
pendengar.
Meningkatkan
pelafalan dan tata bahasa akan memudahkan orang lain untuk memahami apa yang
dikatakan anak. Pada usia 3 tahun kebanyakkan anak senang berbicara dan
memperhatikan akibat dari perkataannya kepada orang lain. Ketika orang
mengerti, ia akan semakin berusaha menjelaskan lebih lagi.
Anak
berusia 4 tahun, khususnya perempuan , menyederhanakan bahasa mereka, namun
saat berbicara kepada anak dibawah usia mereka , mereka cendderung menaikkan
nada suara mereka.
Kebanyakkan
anak berusia 5 tahun sudah mampu menyesuaikan apa yang mereka katakana dengan
apa yang diketahui pendengar. Mereka dapat menggunakan kata-kata untuk
menyelesaikan perselisihan dan menggunakan kata yang sopan kepada orang yang
lebih tua disbanding anak lain.
Perkataan
Pribadi (private speech)
Perkataan
pribadi (private speech) adalah berbicara dengan mengeluarkan suara kepada diri
sendiri tanpa ada niat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Menurut Berk
(1986) private speech biasanya dijumpai pada anak berusia 4-10 tahun, sebesar
20 sampai 50 persen. Anak yang berusia 2-3 tahun melakukan “crib talk” ,
bermain dengan suara dan kata-kata. Anak berusia 4-5 tahun menggunakan
perkataan pribadi sebagai cara untuk mengungkapkan fantasi dan emosi. Anak yang
berusia lebih tua “ berpikir sambil bersuara” atau mengguman sesuatu yang
hampir tidak terdengar.
Dua
tokoh yang memiliki konsep yang berbeda tentang perkataan pribadi. Piaget
(1962-1923) melihat perkataan pribadi sebagai tanda ketidakmatangan kognitif.
Piaget berpendapat bahwa anak kecil masih egosentris, tidak menyadari sudut
pandang oranglain, dan belum bisa berkomunikasi secara bermakna. Ia juga
berpendapat bahwa seorang anak kecil hanya menyuarakan apa yang ada dipikiran
mereka. Piaget juga mengemukakan bahwa anak kecilberbicara ketika mereka melakukan
sesuatu karena mereka belum bisa
membedakan kata-kata dan tindakan yang diwakili oleh kata tersebut.
Vygotsky
(1962/1934) tidak melihat perkataan pribadi sebagai sesuatu yang egosentris. Ia
melihat hal ini sebagai bentuk khusus dari komunikasi yakni terhadap dirinya
sendiri. Private speech ini menurutnya memiliki fungsi penting dalam peralihan
antara perkataan social awal dan perkataan dalam diri yang mengarah ke control
internal dan perilaku diri.
Vygotsky
berpendapat bahwa private speech mengikuti kurva normal. Hal ini tampak saat
private speech meningkat pada masa prasekolah dan menurun, kemudian menghilang
pada masa sekolah awal seiring dengan lebih mampunya anak mengatur dan
menguasai tindakan mereka. Penelitian umunya mendukung pada pendapat vygotsky,
karena penelitian observasional pada 93 anak 3-5 tahun yang berasal dari
ekonomi rendah menengah , 86 komentar
tidak bersifat egosentris.
Bukti
dari fungsi private speech ini dapat dilihat dalam pengaturan diri, usaha anak
untuk mengatur perilakunya sendiri. Private speech umunya meningkat ketika anak
berusaha melakukan tugas yang sulit terutama tanpa pengawasan orangtua.
Memahami pentingnya perkataan pribadi memiliki implikasi praktis, terutama di
sekolah-sekolah. Berbicara kepada diri sendiri atau menggumam tidak boleh
dianggap sebagai perilaku yang salah. Hal ini dikarenakan, mungkin saja anak
mengalami kesulitan menghadapi masalah tertentu dan perlu berpikir dengan
bersuara.
Perkembangan
Bahasa yang Tertunda
Alasan
mengapa beberapa anak terlambat dalam pembicaraan masih belum mendapatkan
jawaban yang pasti. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam berbicara
tidak selalu mengalami input bahasa dirumah , namun mungkin mereka memiliki
keterbatasan kognitif yang membuat mereka sulit untuk belajaran aturan bahasa.
Anak-anak ini mungkin mengalami masalah di fast mapping mereka sehingga mereka
perlu lebih sering mendengar kara-kata baru disbanding anak normal.
Anak
yang terlambat berbicara namun pemahamannya normal , masih dapat mengejar
keterlambata fast mapping mereka (Dale,Price, Bishop, dan Plomin,2003;
Thal,Tobias, dan Morrison, 1991). Beberapa anak yang lambat berbicara memiliki
sejarah penyakit otitis media ( radang telinga tengah) pada usia 13 sampai
18bulan namun saat infeksi ini hilang kemampuan berbahasa anak tersebut akan
berkembang kembali.
Bagi
sebagian anak, keterlambatan bahasa di awa, jika tidak dirawat maka akan adanya
gangguan bahasa yang menetap serta memiliki konsekuensi kognitif, social dan
emosional yang jauh. Anak-anak yang tidak dapat berbicara atau memahami dengan
baik dibandingkan rekan sebayanya cenderung dicap negatif oleh orang dewasa dan
anak-anak lain dan mendapat kesulitan dalam mencari teman bermain dan sahabat.
Terapi
wicara dan bahasa dapat menjadi perawatan yang efektif, terutama jika dimulai
sejak dini. Terapi ini bisa memasukkan strategi memfokuskan bentuk bahasa yang
spesifik, program prasekolah yang menargetkan kemampuan-kemampuan bahasa yang
khusus dan program tindak lanjut di dalam atau di luar sekolah selama masa
sekolah dasar.
h.
Interaksi
Sosial dan Persiapan untuk Kemampuan Membaca
Menguasai
kemampuan-kemampuan pramembaca sangatlah perlu bagi anak untuk memahami apa
yang tertulis. Kemunculan kemampuan literal (emergent literacy) adalah
perkembangan dari keahlian-keahlian ini, bersama dengan pengetahuan dan
sikap-sikap yang mendasari menulis dan membaca.
Kemampuan
pramembaca mencakup:
1.
Kemampuan bahasa secara
umum seperti kosakata, sintaks, struktur narasi, dan pemahaman bahwa bahasa
digunakan untuk berkomunikasi.
2.
Kemampuan fonologis
khusus seperti, kesadaran bahwa kata-kata terdiri dari fonem, kemampuan untuk
mengkaitkan bunyi dengan huruf atau rangkaian huruf tertentu.
Interaksi
sosial dapat meningkatkan kemunculan kemampuan membaca. Interaksi ini membuat
anak menjadi pembaca dan penulis yang baik jika semasa sekolah mereka
dirangsang untuk menceritakan hal-hal yang sudah bisa dilakukan anak. Ketika
anak belajar keahlian-keahlian ini, mereka akan perlu menerjemahkan kata
tertulis ke dalam perkataan, mereka juga belajar bahasa menulis mengekspresikan
ide-ide pemikiran dan perasaan. Selanjutnya mereka mulai menggunakan huruf,
angka,dan bentuk yang mirip huruf untuk melambangkan kata-kata, suku kata, atau
fonem. Seringkali pengerjaan mereka terlalu kreatif sehingga mereka sendiri
tidak dapat membacanya.
Pemaparan
yang cukup pada program pendidikan di televisi dapat mempersiapkan anak untuk
bisa membaca terutama jika orangtua berbicara kepada anaknya tentang apa yang
mereka lihat.
5.
Pendidikan
Masa Kanak-kanak Awal
Masuk ke kelompok bermain adalah langkah yang
penting memperluas lingkungan fisik, kognitif, dan sosial anak. Peralihan ke
TK, dimulainya “sekolah yang sebenarnya” adalah salah satu langkah penting.
a.
Tujuan
dan Tipe Kelompok Bermain: Pandangan Lintasbudaya
Di
beberapa Negara, seperti di China, play group (PG) diharapkan menyediakan
persiapan akademis untuk sekolah. Sebaliknya kebanyakkan play group di AS dan
Negara barat lainnya mengikuti filosofi “ terpusat pada anak “ menekan
oertumbuhan sosial dan emosional sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan
perkembangan anak kecil.hal ini didasari oleh teori piaget atau pendidik italia
Mari Morrison yang menganggap hal itu memiliki penekanan koqnitif yang lebih
kuat.
Pendukung
pendekatan perkembangan tetap bertahan bahwa program yang berorientasi akademis
mengabaikan kebutuhan anak kecil untuk mengeksplorasi dan bermain bebas serta
intruksi yang terlalu banyak dari guru dapat menghambat minat mereka dan
merusak pembelajaran ata inisiatif sendiri.
b.
Program
Pengimbangan Prasekolah
Status
sosial ekonomi yang lebih tinggi memungkinkan anak untuk siap sekolah. Program
berskala besar telah dikembangkan untuk membantu anak dengan ekonomi yang
rendah ini untuk mengompensasikan apa
yang tidak dapat mereka dapat dan mempersiapkan diri untuk sekolah. Program ini
disebut Project Head Start yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan
kognitif, meningkatkan kesehatan fisik dan menumbuhkan rasa percaya diri pada
anak,meningkatkan tanggungjawab sosial serta membuat bangga keluargga dan menaikkan
harga diri keluarga.
Namun
walaupun disponsoro Negara, anak-anak dari PHS ini akan memiliki kempatan yang
lebih kecil untuk ditempatkan di pendidikan khusus dan SMA.
c.
Peralihan
ke TK
Meskipun
pada awalnya adalah sebuah transisi dari lingkungan yang relatif bebas dirumah
atau play group kesebuah “ sekolah sebenarnya” yang terstuktur, TK sudah mulai
melakukan pembelajaran untuk menjadi modal saat memasuki SD nanti. Anak
menghabiskan waktu yang lebih sedikit pada aktifitas yang dipilihnya dan lebih
banyak waktu dihabiskan pada lembar tugas danpersiapan membaca.
Persiapan
sebelum memasuki TK pun sangat perlu dilakukan. Mengapa? Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak yang berasal dari ekonomi yang baik cenderung lebih baik
dalam matematika dan membaca karna didukung fasilitas yang ada di dalam rumah.
Penyesuaian
sosial dan emosional adlah factor pentingdalam kesiapan masuk TK dan merupakan
prediktor yang kuat terhadap keberhasialn di sekolah. Hal yang lebih penting
disbanding dengan kemampuan berhitung dn membaca adalah kemampuan untuk duduk
diam,mengikuti araha, menunggu giliran dan mengatur buku-bukunya sendiri.
Tingkat
kemampuan anak menyesuaikan diri terhadap TK bergantung pada usia, gender,
tempramen,kompentensi kognitif dan sosial dan kemampuan coping selain itu juga
dukungan atau stress yang didapat dari rumah, lingkungan, dan sekolah.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pada
masa early childhood atau masa kanak-kanak awal, anak mengalami perkembangan
baik pada pada fisik maupun kognitifnya. Pada perkembangan fisiknya terdapat
perubahan dan pertumbuhan pada tubuhnya, nutrisi yang baik dalam pencegahan
obesitas atau kegemukan, malnutrisi, kesehatan mulut si anak, pola tidur dan
masalah-masalah tidur yang sering dialami anak-anak di masa kanak-kanak awal,
perkembangan motorik,dan kesehatan serta keselamatannya.
Adapun
perkembangan kognitif pada anak di masa kanak-kanak awal ini dijelaskan melalui
beberapa pendekatan, seperti perkembangan kognitif menurut pendekatan Piaget
dan pendekatan masuknya informasi berupa perkembangan ingatan. Kecerdasan juga
merupakan bagian dari perkembangan kognitif yang dijelaskan berdasarkan
psikometrik dan pendekatan Vygotsky. Kemudian tentang perkembangan bahasa pada
masa kanak-kanak awal, dan pendidikan yang diperoleh anak-anak di masa
kanak-kanak awal.
2.
Saran
Pada
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penyusun
menyarankan untuk membaca buku referensi lainnya agar pembaca lebih memahami
tentang perkembangan fisik dan kognitif pada masa kanak-kanak awal.
DAFTAR
PUSTAKA
Papalia
Lahey, Benjamin B..2007. Psychology:
An Itroduction, Ninth Edition. New York: McGraw Hill
Hetherington, Ross D. Parke,
Virginia Otis Locke, 1999. Child Psychology, Fifth Edition: McGraw Hill
King, Laura A..2007.psikologi Umum
Sebuah Pandangan Apresiatif.New York: McGraw Hill
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar